Mohon tunggu...
Lintang Jingga
Lintang Jingga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

I'm an ordinary student who loves all things movement, from environmental, social, political, philosophy, gender, and more.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cinta: Antara Kebebasan dan Keterikatan

20 September 2024   22:38 Diperbarui: 20 September 2024   22:39 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah banyak tulisan yang membahas mengenai cinta -- teori cinta, atau bahkan novel romantis yang gemar dibaca oleh para remaja. Peran cinta begitu hebat dalam kehidupan manusia sehari-hari, ia-lah sang pencetus perasaan sedih, marah, bahagia, hingga keputusasaan. Melalui perasaan itu, manusia memiliki makna yang berbeda terhadap cinta.

Bangku SMA menjadi bukti pertama bahwa cinta membawa kebahagiaan bagi dua sejoli yang saling bermesraan ketika jam istirahat tiba. Ketika tugas turunan fungsi trigonometri menjadi suatu permasalahan semasa SMA, sepasang kekasih itu menikmati setiap angka yang menari-nari disetiap tatapan muka, berharap hanya mereka yang ada di dunia.

Saat itu, sepasang kekasih memaknai cinta sebagai sesuatu yang mengisi hari-hari ketika waktu terasa berjalan lebih lambat, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua. Cinta bagi mereka adalah canda tawa di sela-sela pelajaran, diskusi kecil di sudut kelas, dan sentuhan lembut jari yang bersembunyi di bawah meja. Cinta memberi makna pada rutinitas yang biasa saja---mengubah kepenatan belajar menjadi momen yang penuh kegembiraan.

Di setiap pandangan mata, ada janji bahwa hari esok akan lebih indah, bahwa masalah-masalah rumit dalam pelajaran matematika atau fisika hanyalah tantangan kecil yang bisa mereka hadapi bersama. Namun, seperti kehidupan yang terus berjalan, cinta di bangku SMA yang terlihat sederhana dan murni mulai menghadapi realitas yang lebih kompleks. Ketika ujian semakin mendekat, tekanan mulai menghantui, dan keputusan-keputusan besar tentang masa depan harus dibuat, cinta mereka pun diuji. Pada titik inilah mereka mungkin mulai menyadari bahwa cinta bukan hanya tentang kebahagiaan dan keceriaan, tetapi juga tentang kompromi, pengorbanan, dan rasa takut kehilangan.

Seketika makna cinta berubah ketika salah satu dari mereka, yang dulu tampak begitu setia dan tergila-gila pada satu sama lain, mulai melirik lawan jenis yang lain saat memasuki kehidupan baru sebagai mahasiswa. Dunia kampus dengan segala kebebasannya memperkenalkan berbagai wajah baru, pengalaman baru, dan tantangan yang berbeda. Apa yang dulu terasa kokoh, kini mulai retak di bawah tekanan godaan dan rasa ingin tahu yang begitu besar.

Pada awalnya, perubahan itu tampak halus---sekedar pandangan sekilas atau obrolan ringan dengan teman baru. Namun, perlahan-lahan, percikan keingintahuan berubah menjadi ketertarikan. Cinta yang dulu dipahami sebagai keterikatan erat, kini menjadi pertanyaan tentang kebebasan pribadi. Mungkin salah satu dari mereka mulai bertanya-tanya, apakah cinta yang mereka jalani selama ini adalah pilihan bebas, ataukah sekadar keterbiasaan yang terjalin sejak masa SMA? Kehidupan kampus, dengan segala dinamikanya, membuka cakrawala baru bagi mereka berdua.

Teman-teman baru, kegiatan yang tak pernah mereka bayangkan, serta cita-cita yang semakin jelas di depan mata. Semua itu menarik, tetapi juga menantang hubungan yang pernah tampak abadi di bangku sekolah. Keterikatan yang dulu dianggap sebagai kenyamanan, kini terasa seperti beban bagi salah satu dari mereka. Ada keinginan untuk menjelajahi dunia baru tanpa harus terikat pada masa lalu.

Ketika salah satu mulai terpesona oleh seseorang yang baru, cinta yang dulu manis dan hangat kini terasa hambar dan jauh. Pasangan yang dulunya saling menggenggam erat, kini berada di persimpangan jalan, bertanya-tanya tentang masa depan mereka bersama. Perasaan cinta yang dulu penuh kepastian, kini digantikan oleh keraguan dan kegelisahan. Apakah cinta di masa SMA hanyalah ilusi sementara? Atau apakah mungkin cinta mereka bisa bertahan di tengah perubahan yang begitu besar?

Perubahan ini menempatkan mereka di titik yang sulit---di mana cinta harus dihadapi dengan kejujuran dan realitas, bukan lagi impian romantis belaka. Bagi yang terluka, cinta kini bermakna perpisahan, kehilangan, dan rasa kecewa. Sementara bagi yang tergoda oleh kebebasan baru, cinta mungkin tampak sebagai beban yang perlu dilepaskan demi menemukan jati diri. Pada akhirnya, cinta, seperti halnya hidup, berubah seiring waktu. Di saat salah satu mulai melirik yang lain, makna cinta bergeser dari janji yang manis menjadi pelajaran pahit tentang pertumbuhan, perubahan, dan penerimaan. Dan mungkin, dari perpisahan itu, mereka akan belajar bahwa cinta tidak selalu tentang memiliki, tetapi tentang memahami kapan harus melepaskan.

Kebebasan dan Keterikatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun