Mohon tunggu...
Welly Eru
Welly Eru Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Nama Pena: Ikko Williams (Penulis novel Amin yang Sama dan Sujudku Karena Cinta)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Di Balik Teduh Ramadan: Mengulas Novel "Aku Cemburu pada Hujan."

27 Maret 2024   12:40 Diperbarui: 27 Maret 2024   12:49 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Galeri Pribadi
Galeri Pribadi

"Pada Hujan yang membasahi pipimu, aku cemburu. Ia lebih dekat denganmu, daripada aku yang mencintaimu, namun terpaksa meninggalkanmu." --Kusumaningtyas


Bayangkan sebuah kisah yang memelukmu dalam setiap kata, sebuah narasi yang terangkai dari benang-benang emosi yang paling halus dan halaman-halaman yang berbisik tentang kehidupan. Itulah esensi dari salah satu novelku, "Aku Cemburu pada Hujan", sebuah pencarian jiwa dalam hujan kata-kata yang mungkin belum pernah kamu rasakan sebelumnya.

Galeri Pribadi
Galeri Pribadi

Berdiri di tengah-tengah kerumunan buku yang menggembar-gemborkan petualangan dan cinta, kisah yang kutuliskan merekah dengan tenang namun terasa dalam. Aku mengajakmu melewati lorong-lorong memori Kusumaningtyas, seorang gadis yang berjuang untuk menemukan arti keluarga yang sesungguhnya setelah dibelenggu oleh realita yang pahit. Aku bereksplorasi, melalui Tyas, tentang skizofrenia, cinta, dan kerapuhan hubungan yang telah terlalu lama terabaikan.

Galeri Pribadi
Galeri Pribadi

Di balik lukisan kata yang kutata, Tyas kuperkenalkan, tertatih memulai kembali hidupnya di sebuah vila yang terpencil, tempat dimana ketenangan berpadu dengan kehangatan memori. Di sanalah dia bertemu dengan Daniel Widiyatmoko, sosok yang dengan tidak sengaja mengurai benang kusut dalam hatinya. Momen ketika rindu kepada Kota Paris bergeser menjadi rindu terhadap Daniel adalah pergeseran yang tidak diprediksi oleh Tyas, namun menjadi inti dari perenungan dalam dirinya, dan mungkin juga dalam diri kamu setelah membacanya.

Galeri Pribadi
Galeri Pribadi

Anggaplah novel ini sebagai sahabat. Anggaplah setiap halaman dari "Aku Cemburu pada Hujan" sebagai daun-daun yang turut berbisik, bagaikan hujan yang menjelma menjadi tinta. Cerita ini adalah perjalanan bersama rasa sakit, kelembutan, ironi hidup, dan pertanyaan-pertanyaan yang mengiringi desas-desus kehidupan kita sehari-hari.

Seperti Tyas, mungkin kamu pernah merasa kehilangan arah, terombang-ambing antara dua dunia, atau terjebak dalam razia hujan penyemai rindu. Mungkin, seperti aku saat menuliskannya, Kamu akan menemukan jawaban atau sekadar pertanyaan baru yang sama pentingnya untuk dipertanyakan.

Galeri Pribadi
Galeri Pribadi

"Aku Cemburu pada Hujan" adalah lebih dari sekadar novel. Ini adalah cermin yang mungkin akan memantulkan bagian dari diri kamu yang terlupakan, cerita yang akan kamu bawa, seperti payung, dalam cuaca jiwamu yang tidak menentu.

Aku tidak hanya menuliskan kisah ini; aku mengajak kamu untuk tenggelam dalam setiap adegan, merasakan setiap emosi, dan pada akhirnya, berdiri bersamaku di tengah hujan, membiarkan yakinkan bahwa tidak ada pertumbuhan tanpa air mata, dan tidak ada perenungan yang lebih dalam dari melihat ke dalam hati kita sendiri.

Saat kamu menutup buku ini, jika kamu memilih untuk bergabung dalam dunia Tyas dan cemburu pada tetes-tetes hujan pemikiran yang telah kucurahkan, aku berharap kamu akan menemukan secercah kedamaian, atau setidaknya, rasa cemburu yang sama dengan yang kumiliki terhadap hujan. Novel ini adalah bacaan Ramadanku tahun ini di tengah jedaku menulis cerita baru, mengingatkanku bahwa tulisan ini pernah menyemangatiku ketika aku kehilangan semangat menulis. Tokoh Kusumaningtyas seolah mengatakan: "Tolong tuntaskan kisahku. Dan tetap semangat menggarap kisah-kisah baru yang bermakna."

Akhir kata, semoga suatu hari nanti kamu bersempatan membaca novel ini hingga menemukan arti rindu yang sebenarnya.

Ikko Williams
Magelang, 27 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun