Malam yang sepi beranjak perlahan, menandai satu lagi perjalanan menuju subuh di bulan yang penuh rahmat ini. Saat alarm yang kutentukan bermelodi, meretas duniaku yang berada di antara mimpi dan kenyataan, aku bangkit dengan tekad: untuk memulai hari dengan sahur sehat yang tinggi serat dan berprotein.
Di dapur yang mulai tersentuh cahaya lampu remang, sementara dunia di luar masih berada dalam tirai gelap, aku memulai ritual sahur sederhana yang telah menjadi bagian dari disiplin Ramadan-ku.
Piring sahurku dibingkai warna-warni alam: merah dari buah naga yang segar, kuning dari belimbing yang menggugah selera. Aku tidak pernah meninggalkan momen sahur tanpa menyantap buah-buahan. Bukan hanya karena kelezatannya, tetapi juga karena manfaatnya yang kaya. Buah naga dengan serat alaminya mengatur sistem pencernaan, sementara belimbing menjadi asupan vitamin yang luar biasa. Saat mengunyahnya, aku merenung akan kebaikan yang terselip dalam setiap irisan.
Lalu ada telur rebus, pekikan sederhana namun kuat yang selalu mendampingi buah di piringku. Aku memisahkan putih telur, memakan bagian ini dengan penuh perhatian akan manfaatnya untuk daya tahan tubuhku dalam menjalankan ibadah puasa. Protein menjadi tembok pertahanan, menjaga anggota tubuhku tetap tegar melawan lelah dan kelaparan yang mungkin mengintai. Selain itu aku tidak melupakan karbohidrat dengan menyantap kentang rebus karena tubuh juga membutuhkan asupan nutrisi karbo.
Tak ketinggalan, segelas susu tawar menjadi penutup sahur. Rasa lembutnya memberikan kenyamanan dan kehangatan yang meneguhkan, seakan mengatakan padaku bahwa aku telah memilih asupan yang tepat untuk mengawali jam-jam puasa.