Pernahkah kalian mengunjungi suatu tempat, dan mengingatkan kalian akan kenangan di dalamnya? Atau pernahkah kalian mencium aroma parfum dan mengingatkan kalian pada seseorang? Dalam psikologi, ingatan yang tercipta dalam memori jangka panjang disebut dengan long term memory.Â
Menurut APA (American Psychological Association), Long term memory atau memori jangka panjang merupakan sistem memori manusia yang memungkinkan penyimpanan, pemeliharaan serta pemulihan informasi untuk jangka waktu yang lama.Â
Menurut Baddeley, Long term memory terbagi menjadi dua, yaitu implicit memory dan explicit memory. Implicit memory, merupakan memori yang tidak dapat dideklarasikan, misalnya bagaimana cara mengendarai sepeda, bermain alat musik dll. Sedangkan, explicit memory adalah ingatan yang dapat dideklarasikan, atau disebut dengan declarative memory.Â
Explicit memory juga terbagi menjadi dua, episodic memory, dan semantic memory. Pengalaman bersama orang terkasih atau mantan disini termasuk explicit memory-episodic memory, yaitu kemampuan memori jangka panjang, dalam mengingat, dan mengalami kembali secara mental akan episode tertentu di masa lalu pribadi seseorang.Â
Pengalaman jatuh cinta merupakan pengalaman yang sangat membahagiakan bagi seseorang. Akan tetapi, apabila terpaksa mengalami putus cinta, membuat seseorang sakit hati, hilangnya mood dan bahkan hingga sakit secara fisik. Ternyata, hal ini dapat dijelaskan secara ilmiah melalui pendekatan neuropsikologi. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi?
Jatuh cinta perspektif Neuropsikologi
Saat kita jatuh cinta, bagian otak yang kaya akan dopamine, yaitu neurotransmitter yang berperan penting saat merasa senang cenderung meningkat. Sedangkan hormon kortisol, hormon yang bertanggung jawab atas emosi negatif seperti ketakutan dan penilaian sosial menjadi menurun. Hal inilah membuat kita merasa senang berkepanjangan saat sedang jatuh cinta.Â
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Fisher dan tim pada tahun 2005, mereka menguji serta membandingkan aktivitas otak mahasiswa yang sedang merasakan jatuh cinta.Â
Peneliti membandingkan gelombang otak mahasiswa, saat diberikan foto sosok spesial bagi mereka, dan foto orang lain atau kenalan mereka. Untuk melihat perbandingan tersebut, Fisher dan tim menggunakan fMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging) yaitu alat yang berfungsi untuk mendeteksi area otak mana yang aktif saat melakukan berbagai tugas dengan mendeteksi peningkatan aliran darah ke area yang diaktifkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa foto orang yang mereka cintai secara romantis menyebabkan otak partisipan menjadi kaya akan dopamine.Â