Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Melindungi Anak dan Remaja dari Perilaku Menyimpang, Menyelamatkan Generasi Muda Indonesia

25 Juli 2016   20:27 Diperbarui: 25 Juli 2016   22:19 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi:http://www.pelajaransekolahonline.com/

Beberapa waktu lalu saya cukup terhenyak dengan berita di sebuah surat kabar nasional yang menampilkan hasil survey pada suatu seminar terhadap remaja oleh Dinas Kesehatan. Hasil survey tersebut antara lain; sekitar 16 juta anak perempuan berusia 15 sampai 20 tahun melahirkan setiap tahun dan orang-orang muda yakni 15 hingga 25 tahun, menyumbang sekitar 45 % dari  semua infeksi HIV dari tahun 2010 sampai sekarang. Hasil survey tersebut berpangkal pada satu muara, yakni lebih dari 50 % para orang muda atau para remaja terutama pelajar tingkat SMA di Indonesia telah melakukan yang namanya seks pra nikah ataupun seks bebas. Seks bebas ini berujung pada kehamilan dan kelahiran sebelum menikah serta penyakit seksual menular. Hal tersebut tentu mengindikasikan bahwa pergaulan bebas atau perilaku menyimpang antar remaja di Indonesia sudah demikian parah. Mengapa hal ini dapat terjadi? Tentu ada berbagai faktor pendorong yang menjadi akar permasalahan. Dan ini menjadi masalah kita bersama terutama para orang tua dan para pengambil kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan ini demi melahirkan generasi muda Indonesia yang lebih baik. Bukankah masa depan bangsa ini berada di tangan para pemuda? Ingat anak-anak dan para remaja merupakan calon pemuda yang menjadi harapan dan tulang punggung sebuah bangsa.

Kembali pada pergaulan bebas atau perilaku menyimpang para remaja. Ada berbagai faktor pendorong terjadinya pergaulan bebas atau perilaku menyimpang di kalangan remaja. Pertama, tidak adanya teladan dan kontrol orang tua atau keluarga. Peran sentral orang tua atau keluarga memberikan pengaruh penting dalam kehidupan anak dan remaja. Fase remaja merupakan fase krusial di mana seseorang sedang dalam proses mencari jati diri. Menjadi remaja yang masih tergantung pada orang lain atau menjadi orang dewasa mandiri. Mampukan orang tua sekarang mengontrol kehidupan anak-anak mereka yang menjadi tanggung jawabnya? Apa yang mereka lakukan dalam keseharian dengan segala fasilitas yang diberikan, mulai dari uang jajan, sepeda motor, handphone dan fasilitas lainnya. Berbeda dengan pola kehidupan orang barat yang memberi kebebasan penuh untuk melakukan apapun.  Remaja Indonesia  harus sejak dini diajarkan perlunya ketaatan pada orang tua atau keluarga sebagai pengontrol dan gaya kehidupan mereka.

Kedua salah memilih teman dalam pergaulan. Remaja-remaja yang sedang mencari jati diri terkadang sangat mudah terpengaruhi oleh temannya. Apalagi saat ini dunia pertemanan menjadi sangat tidak terbatas dengan adanya jejaring sosial atu media sosial di internet seperti facebook, twitter dan lainnya. Remaja kadang membentuk suatu kelompok tersendiri yang berbeda dengan masyarakat tempat mereka hidup, terutama di media sosial. Kelompok-kelompok kecil atau grup tentu akan menghasilkan suatu ikatan dan budaya tersendiri  yang melahirkan sebuah nilai yang khas yang dikenal dengan kultur remaja. Fungsi pertemanan sangat kuat, sehingga ada istilah anak gaul dan tidak gaul. Maka untuk mendapatkan gelar, atau dapat masuk dalam komunitas budaya remaja inilah, tidak jarang dilakukan berbagai upaya yang terkadang menyimpang dari nilai-nilai budaya yang lebih tinggi, berupa agama atau aturan-aturan hukum positif lainnya. Seperti seks bebas pastinya, tawuran, narkoba, prostitusi, aborsi membunuh bahkan LGBT.

Ketiga, uang. Uang di zaman  konsumerisme saat ini menjadi sangat menentukan. Maka  faktor uang menjadi salah satu penyebab anak-anak jatuh ke jurang pergaulan bebas. Karena ingin memakai gadget atau ingin memiliki barang-barang yang mewah, sebagian remaja rela dan nekat untuk melacurkan atau menjual diri demi mendapatkan uang. Pada awalnya mungkin bukan sebagai pelacur, tetapi korban percintaan yang salah urus. Lalu terjerumus dalam dunia pelacuran, atau bisa juga korban perdagangan manusia.

Keempat, iman yang lemah. Ini sebenarnya menjadi kunci permasalahan dari banyak terjadinya perilaku menyimpang. Remaja yang dalam jiwanya tidak tumbuh nilai-nilai agama, maka dalam bersikap dan melakukan suatu perbuatan tidak berdasarkan pertimbangan nilai. Seperti seorang remaja yang terbiasa dengan tontonan porno, maka aktivitas ini akan dilakukan terus menerus. Lalu secara perlahan dirinya akan terdorong melakukan tindakan tersebut secara langsung. Dan ironisnya, jika si remaja tersebut tidak dapat melakukannya sesuai norma dan nilai yang berlaku di masyarakat, maka tindakan pemerkosaan pun dapat terjadi, yang kemudian dapat berkembang dengan tindakan aborsi bahkan pembunuhan, seperti kasus Yuyun di Bengkulu beberapa waktu lalu misalnya.

Pemahaman dan kesadaran iman yang rendah, berdampak pada perilaku maksiat yang cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain. Jika perilaku maksiat ini dilakukan secara berjamaah, maka fenomena ini juga menimbulkan patologi sosial atau gejala-gejala sosial yang dianggap menyimpang/sakit pada sebuah daerah, seperti pada kasus Yuyun di daerah Bengkulu.

Menurut para pakar seksiolog, terjadinya seks bebas di kalangan remaja, juga disebabkan adanya proses westernisasi di Negara kita. Westernisasi adalah suatu perbuatan seseorang yang mulai kehilangan jiwa nasionalismenya, yang meniru atau melakukan aktivitas bersifat ke barat-baratan (budaya bangsa lain). Ciri-cirinya ternyata seperti yang saya utarakan di paragraf-paragraf di atas, antara lain gaya hidup seakan-akan bebas tanpa mengenal nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, gaya hidup konsumerisme (boros) dan tindakan pergaulan bebas serta berbagai perilaku menyimpang. Dalam westernisasi, pola hubungan antar jenis menjadi sangat liberal, dari masyarakat yang dulunya sangat peka terhadap permasalahan tersebut.

Perlu Upaya Nyata

Upaya nyata yang dapat diambil oleh para pihak yang berkepentingan, mulai dari keluarga dan sektor pemerintah baik formal maupun informal untuk memberi penyelesaian akan masalah penyakit sosial ini.

Pertama, penguatan keluarga. Setiap keluarga harus menyadari bahwa mereka adalah sebuah lembaga yang di dalamnya  ada peserta didik yakni anak-anak mereka. Maka dari itu, kondisi keluarga menjadi sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak hingga masa remaja. Memberi pendidikan terbaik di dalamnya adalah tugas utamanya. Proses pendidikan dalam keluarga tentunya berlangsung tanpa batas waktu dan kurikulum, walau di sana harus ada tujuan untuk menjadikan keluarga yang mawaddah wa rahmah.

Curahkan perhatian kepada anak, terutama ketika mereka mengijak usia remaja, misalnya terkait dengan jejaring sosial dan internet. Karena kita tahu masa remaja merupakan masa transisi dalam mencari jati diri. Maka peran sentral orang tua atau keluarga sangat penting dalam mengarahkan remaja agar memiliki karakter dan pribadi yang baik. Jadilah keluarga sebagai tempat yang nyaman bagi anak dan remaja untuk mencurahkan berbagai permasalahannya.

Perhatikan juga lingkungan pergaulan,  teman- teman bermain anak, termasuk di lingkungan sekolah. Karena selain keluarga, lingkungan juga dapat menjadi tempat untuk pembentukan karakter seorang anak. Kondisi lingkungan sekolah yang tidak baik akan memberikan peluang besar bagi remaja untuk berperilaku menyimpang. Maka dari itu sangat diperlukan adanya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua. Dengan banyaknya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, diharapkan anak akan memiliki karakter yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan yang buruk sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun