Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Biaya Hidup Tinggi, Tak Jadi Soal

16 Mei 2016   21:58 Diperbarui: 16 Mei 2016   22:54 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Nangkring Bersama Kompasiana dan LPS di Yogyakarta (dok. www.kompasiana.com)

Biaya Hidup Tinggi, Tak Jadi Soal

Aku menyadarkan Armi dari lamunannya. Aku bergeming, lidahku kelu melihat wajahnya yang sedih nan pucat. Tubuhnya lebih kurus dengan penampilan yang tampak dekil dari sebelumnya. Sebagai seorang teman yang sudah lama bersahabat aku turut prihatin dengan keadaaannya. Ternyata yang ia pikirkan hanyalah sebuah kata “kuliah”

Armi bukannya tidak pernah kuliah. Ia pernah berkuliah namun hanya sampai 3 semester saja. Ketika memasuki semester 4, orang tuanya tidak punya cukup uang untuk membayar SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan/pembayaran biaya pendidikan) kuliahnya, membayar sewa kost, buku-buku, uang jajan dan sebagainya. Dan sekarang Armi tidak punya waktu lagi untuk duduk tenang mengikuti perkuliahan,. Waktunya harus dipakai untuk mencari nafkah.

“Memang kenapa dengan orang tua kamu sehingga tidak mampu membiayai kuliah kamu?” Tanyaku

“Semenjak ayah udah nggak ada, ibu  mengandalkan uang tabungan pensiunan ayah, yaa.. sekitar 5 jutaan lah dan ditambah penghasilan tidak tetap dari hasil kerja ibu yang hanya cukup untuk makan selama 2 minggu. Uang segitu mana cukup dengan biaya hidup yang semakin tinggi saat ini. Selain biaya kebutuhan hidup sehari-hari, kami juga harus bayar kredit motor, dan adik aku yamg masih berusia 9 tahun juga harus dipikirkan biaya sekolahnya. Dari situlah ibu menyuruhku berhenti kuliah saja, karena tabungan pensiunan ayah tidak cukup menopang hidup kami dan biaya kuliah saya,” cerita Armi kepadaku.

“Jadi gara-gara itu kamu berhenti kuliah dan kamu harus bekerja di luar?”

“Kalau hanya mengandalkan uang pensiunan saja, tidak akan cukup untuk menyambung hidup, apalagi jika tidak bekerja bisa-bisa terpaksa menjual aset dan tidak ada yang bisa ditabung.”

“Armi-armi! Saya yakin masih cara lain yang bisa dilakukan oleh ibu kamu tanpa harus mengorbankan kamu untuk berhenti kuliah.”

“Maksud kamu cara lain?”

“Tadi kamu bilang ada sekitar 5 jutaan penghasilan ibu kamu yang bersumber dari tabungan pensiunan ayah kamu. Jadi saya pikir dengan perencanaan keuangan yang baik, hal-hal yang kamu ceritakan itu tidak akan terjadi.”

“Jadi menurut kamu selama ini keluarga kami telah terjadi kesalahan perencanaan keuangan sehingga apa yang telah direncanakan tak sesuai dengan kenyataaan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun