Siapa Ali Gardy Rukmana dan bagaimana ia membuat, meniru dan membunyikan alat musik yang sudah 13 abad lalu tak pernah ada wujud barangnya hingga sesuai  yang tergambar di relief Borobudur? Baca artikelnya Disini.
Kegiatan ini sudah pernah dilakukan oleh sejumlah seniman kenamaan tanah air seperti Dewa Budjana, Purwacaraka dan Trie Utami dalam acara bertajuk Sound of Borobudur yang digelar di Omah Mbudur, Kompleks Candi Borobudur pada pada Kamis (8/4/2021) lalu, seperti yang tampak foto berikut:
5. Sound of Borobudur yang dipentaskan masa dulu tentu masih sederhana, digarap seadanya dengan cara konvensional. Generasi sekarang kita bisa mengarapnya dengan sentuhan lebih modern/bantuan alat teknologi musik tanpa menghilangkan nilai-nilai sejarah, makna dan esensinya.
***
Instrumen musik yang tergambar/terpahat di relief-relief Candi Borobudur adalah salah satu representasi kekayaan seni budaya dan kemajuan peradaban nusantara yang dicapai nenek moyang kita 13 abad yang lalu.
Agar jejak-jejak kekayaan dan kemajuan peradaban tersebut tidak hilang tergerus zaman dan waktu melainkan menjadi daya tarik sejarah dunia yang tak lekang oleh waktu, maka mengeksplor atau menghadirkan kembali alat-alat musik dan tari yang tergambar pada relief-relief di Candi Borobudur dalam wujud fisik, membunyikannya kembali dan mementaskannya dalam bentuk seni pertunjukan serta workshop menjadi tugas kita bersama, bukan hanya tugas para musisi atau seniman saja.
Karena dengan tugas dan peran inilah yang akan membuka ruang bagi Sound of Borobudur untuk terus tergaung sebagai pusat kesenian dunia dan menjadi daya tarik  generasi saat ini dan masyarakat dunia.
~Salam, Farissa~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H