Maraknya dunia modern, melupakan dunia alam, sehingga pendidikan modern mengalahkan pendidikan alam. Semakin canggihnya teknologi, semakin terpuruknya alam. Salah satu contohnya adalah hutan berkurang, sehingga terjadi lingkungan yang panas dan manusia lebih banyak memilh AC.
Air Conditioner (AC) merupakan barang elektronik yang digunakan manusia untuk mendinginkan dan menyejukkan ruangan yang bahannya tidak alami. Padahal hutan merupakan penyejuk ruangan yang alami. Contoh barang elektronik lainnya adalah kulkas. Karena faktor cuaca sekitar panas dan membuat haus akan minuman dingin, maka manusia banyak menggunakan kulkas. Padahal apabila hutan kita terjaga, maka akan mengalir air yang dingin, jernih dan segar.
AC dan Kulkas merupakan barang elektronik canggih, namun sebagian barang-barang tersebut mengandung CFC (kloro fluoro karbon). Â Begitu pula dengan bahan-bahan pengharum ruangan (seperti aerosol, kaleng semprot, penyemprot rambut, parfum), bahan pelarut terutama bagi kilang-kilang elektronik dan lainnya, ada yang mengandung CFC.
Memang kenapa dengan CFC?
Menurut para ilmuwan, bahan atau zat kimia bernama CFC ini memberikan ancaman terhadap lapisan atsmosfer bumi. Zat kimia ini mengandung klorin dan bila terlepas ke atmosfer, maka akan terpecah oleh sinar matahari. Â Jika klorin terpecah maka dapat bereaksi dengan yang namanya molekul Ozon. Ketika bereaksi dengan klorin, molekul-molekul ozon menjadi tipis dan hancur.
Penelitian ilmuwan; Setiap satu molekul CFC mampu menghancurkan hingga 100.000 molekul ozon.
Apabila molekul-molekul ozon pada lapisan ozon di atmosfer menipis dan hancur, maka radiasi sinar ultraviolet akan mampu menembus dan mencapai permukaan bumi. Sehingga diperkirakan menjadi penyebab terjadinya bencana, diantaranya;
- Meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia (mengancam Kesehatan di Indonesia).
- Merusak tanaman pangan tertentu yang berpotensi mengancam Kesejahteraan pangan di Indonesia.
- Mempengaruhi kehidupan plankton yang berakibat pada rantai makanan di laut.
- Meningkatnya gas karbondioksida sebagai salah satu pemicu terjadinya pemanasan global (peningkatan suhu bumi) yang diikuti perubahan iklim, akibat berkurangnya tanaman dan plankton.
Semakin banyak lahan yang digunakan untuk berbagai macam bangunan, maka semakin sedikitnya lahan untuk ditanami pohon. Semakin meningkatnya bangunan, maka semakin meningkat pula AC, kulkas dan pengharum ruangan yang digunakan oleh masyarakat modern. Hal ini dikarenakan, semakin berkurangnya hutan sehingga lingkungan semakin panas dan udara segar pun hilang.Â
Cadangan karbon di dalam hutan alam akan berkurang jika hutan alam diubah menjadi bangunan-bangunan, perindustrian, pertanian, ladang berpindah hingga lading pengembalaan. Selain itu, peristiwa pembakaran dan kebakaran hutan menyebabkan pelepasan karbon ke udara atau atmosfer juga menjadi sangat besar.
Berkurangnya hutan alam dan perkembangan industri yang semakin cepat, maka konsentrasi pelepasan karbon dan gas-gas lain ke udara (emisi) juga semakin meningkat, dan terjadilah yang namanya pencemaran udara (polusi). Karbon dan gas-gas lain ini mampu menangkap panas, sehingga disebutlah sebagai Gas Rumah Kaca (GRK). Rumah diibaratkan sebagai bumi dan kaca sebagai atmosfer. Ketika konsentrasi GRK semakin tinggi di atmosfer maka meningkatlah suhu permukaan bumi yang dikenal dengan istilah pemanasan global. Ketika suhu permukaan bumi semakin panas, maka terjadilah perubahan iklim.
Jika saya menjadi seorang pemimpin, tentu hal-hal tersebut di atas tidak boleh terjadi, khususnya Perubahan iklim di Indonesia, dan harus dicari solusinya. Ada 2 (dua) solusi yang ingin saya lakukan dan kembangkan jika menjadi pemimpin dalam mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim adalah Proyek Ramah Lingkungan yang berupa;