"Bagaimana kebiasaan Dedi, itu urusan dan tanggung jawab mama, papa belum punya waktu untuk mengubah kebiasaan buruknya. Tolonglah mama yang melakukannya. Dinda aja bisa mama didik menjadi anak yang pandai, masa dedi nggak bisa?"
"Anak lelaki dan perempuan beda Pa," jawab bu Hesty
"Sama saja, mungkin mama saja yang nggak semangat dan nggak sabar menghadapi anak lelaki seperti Dedi." Sindir suami bu Hesty.
Sindiran dari suaminya itu bagaikan cambuk yang terus melecut perasaan dan hati bu Hesty. Ia ingin sekali memarahi anak lelakinya yang bandel itu. Kemarahan bu Hesty ternyata dicegat sama putrinya yang cerdas yang sudah duduk di kelas 2 SMP.
Dinda tahu apa yang mesti dilakukan ibunya.
"Anak jangan dimarahi ketika ia tidak suka membaca ma. Kalau mama marah, dia merasa tertekan. Hal ini justru membuat Dedi alergi terhadap buku bacaan." Kata Dinda sambil mencegat mamanya yang lagi kesal dan marah.
"Habis mama kesel deh, adikmu sama sekali tidak berminat membaca." Balas bu Hesty
"Coba tukar dengan aktivitas lain yang berguna. Lalu, lain hari cobalah agar ia belajar menyukai membaca," saran Dinda
"Caranya?"
Dinda pun berbisik sesuatu pada ibunya.
***