Siapa yang menyangka negara sekelas Amerika Serikat (AS) harus mengalami yang namanya Government Shutdown (Penghentian pelayanan pemerintahan) di awal tahun 2018 ini. Saya sendiri sempat terheran-heran dan nggak percaya terhadap informasi ini, tapi itulah kenyataan yang terjadi. Walaupun sebenarnya kejadian ini juga pernah terjadi  pada masa Presiden Barack Obama pada Tahun 2013 lalu.
Namun sepertinya di tahun 2018 ini kejadiannya lebih mengagetkan dan berdampak luas untuk publik. Informasi terbaru menyebutkan, ratusan ribu pegawai negeri sipil di negara adikuasa tersebut terpaksa tak bisa ngator kerena Pemerintah AS secara resmi ditutup, yang dimulai Sabtu (22/01/18) tengah malam di Washington.
Lalu apa sebenarnya  yang menyebabkan hal ini  bisa terjadi? Yang tentunya berdampak serius bagi presiden Donald Trump pada usia setahun kepemimpinannya!
Saya pun mencoba untuk merangkum dari berbagai sumber terpercaya, untuk menjawab penyebab Government Shutdown-nya AS. Ini dia penyebabnya;
1. Adanya dampak perbedaan politik yang 'tajam' di Washington karena berbagai hal, namun  yang paling besar adalah kubu Partai Demokrat di Senat AS yang menolak menyetujui anggaran atau RAPBN baru negara adidaya tersebut.
2. Lawan-lawan politik Presiden Trump enggan menyetujui RAPBN, sampai mereka melihat pemerintah menangani ratusan ribu anak imigran dalam program Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA) yang terancam dideportasi oleh Trump menyusul kebijakan imigrasinya yang kontroversial.
Sebagaimana diketahui, Â DACA adalah sebuah program perlindungan imigran anak-anak peninggalan pemerintahan Barack Obama yang memungkinkan para Imigran Muda tidak berdokumen terlindungi dari ancaman deportasi.Â
Menurut laporan, ada sekitar 700.000 imigran muda yang kerap disebut "Dreamers" Â dibawa masuk ke AS oleh orang tua mereka selagi masih bayi atau anak-anak. Kebanyakan dari mereka kini telah dewasa, berkuliah di kampus-kampus AS, bekerja di AS, dan membayar pajak AS, namun tidak tahu harus kemana, karena mereka hanya mengenal AS sebagai tempat tinggalnya.
Kubu Republik menyatakan tidak akan menegosiasikan DACA sampai RAPBN dibawa ke paripurna untuk dijadikan UU dan sampai pemerintah beroperasi kembali. Sedangkan kubu Demokrat tetap getol memperjuangkan DACA untuk dapat diaktifkan kembali.
4. Pemimpin Minoritas Senat Demokrat, Chuck Schumer menyebut berunding dengan Gedung Putih sama saja berunding dengan Jell-O, alias mustahil. Jell-O adalah produk agar-agar buatan Kraft Foods.