Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Hemat Pangkal Kaya, Rajin Pangkal Pandai.
Sedia payung sebelum hujan.
Sedikit-demi sedikit lama-lama menjadi bukit.
Pepatah-pepatah di atas bukan saja dapat memberikan inspirasi dan pengetahuan mendalam bagi kita, melainkan juga masih sangat relevan dalam dunia investasi ataupun menabung hingga saat ini. Lalu sebenarnya apa itu investasi, sehingga dikaitkan dengan pepatah-pepatah tersebut? Maka dari itu investasi menurut saya adalah sebuah komitmen, komitmen seseorang untuk menunda konsumsi sekarang atau menyisihkan sebagian pendapatannya saat ini untuk ditanamkan pada aset yang memberikan nilai lebih di masa yang akan datang. Oleh karena itu, setiap orang yang ingin mencukupi kebututuhan hidupnya di masa akan datang dengan lebih nyaman dari segi finansial, maka perlu memikirkan yang namanya investasi, investasi yang menguntungkan tentunya, bukan investasi bodong. Dan investasi perlu dilakukan sejak dini secara bijak dan disiplin serta dilandasi pengetahuan yang memadai agar kehidupan di masa mendatang atau di masa depan dapat lebih baik dan bermakna.
Di zaman hidup yang serba susah dan tidak menentu serta penuh dengan ketidakpastian saat ini, terutama dengan perekonomian yang serba tidak menentu dan inflasi yang terus terjadi, kita harus bisa hidup secara bijak dan penuh harapan untuk menyonsong kehidupan yang lebih baik, terutama dalam hal memenuhi kebutuhan hidup yang semakin melambung dan bervariasi.
Tentunya kita semua berharap bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini serta hari esok akan terus ada untuk kita. Oleh karena itu, kita pun harus melakukan perencanaan keuangan sebaik-baiknya, dan yang tak kalah pentingnya adalah berinvestasi dengan bijak dan aman (investasi aman). Bagi seorang investor, investasi merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kita tahu bahwa kebutuhan dasar itu adalah makanan, pakaian, kendaraan dan tempat tinggal (rumah). Rumah pun merupakan salah satu jenis investasi, meskipun agak sulit menjadikannya sebagai investasi, karena jika dijual mau tinggal dimana? Jadi, jangan kita menganggap rumah sebagai investasi, kecuali kita punya dua rumah atau lebih, maka itu boleh dianggap sebagai investasi. Karena jika kita menjual rumah kedua, masih ada rumah pertama untuk tempat tinggal.
Kesabaran Disiplin, Semangat Belajar, Pengetahuan dan Pengelolaan Emosi
Menurut analis investasi terkenal yang juga gurunya Warren Buffet, Benjamin Grahan, The Intelligent Investor, kepintaran berinvestasi tidak ada hubungannya dengan nilai IQ atau tingkat kecerdasan seseorang. Karena investasi yang pintar semata-mata berhubungan dengan kesabaran disiplin dan antusias untuk belajar. Ini relevan juga dengan paradigma ahli keuangan keperilakuan (behavior al finance) bahwa kombinasi pengetahuan dan pengelolaan emosi yang baik merupakan modal dasar yang sangat penting bagi seorang investor. Terdapat bukti bahwa orang IQ tinggi dan pendidikn tinggi tidak culup untuk membuat seorang investor menjadi pintar.
Fisikawan terkenal, Sir Isac Newton misalnya, membeli saham perusahaan South Sea Company, saham yang paling terkenal di inggris. Pada musim semi 1720, begitu melihat gejala pasar yang tak terkendali, ia menggerutu bahwa dia “bisa menghitung gerakan benda-benda langit, tetapi ia tidak bisa mengkalkulasi kegilaan orang.” Newton melepas saham South Sea-nya dan mengantongi 100% keuntungan. Namun, hanya beberapa bulan kemudian, terbawa arus antusiasme pasar yang luar biasa. Newton terjun kembali ke pasar modal ketika harga sudah jauh lebih tinggi dan dia rugi sebesar 20.000 poundsterling.
Dampak dari kerugian tersebut ternyata disebabkan oleh dua hal dari modal dasar bagi seorang investor yakni kesabaran disiplin dan pengelolaan emosi. Newton tidak bisa mengontorl emosi-nya dengan baik dalam investasi sampai akhir hidupnya. Newton pun melarang siapapun menyebut kata kata “South Sea Company” di dekatnya, karena telah membuat dia rugi yang menyakitkan. Inilah satu contoh bahwa orang pintar pun belum tentu dapat melakukan investasi yang baik bila mana ia tidak sabar dan tidak mengontrol emosinya dengan baik dan bijaksana. Dengan demikian, jika sejauh ini seseorang masih gagal dalam berinvestasi, itu bukan karena seseorang tersebut bodoh, melainkan itu karena seperti Newton tadi seseorang tersebut belum mengembangkan kesabaran disiplin dan pengelolaan emosi yang dibutuhkan agar investasinya berhasil.
Ada berbagai kasus tragis dalam mengelola kekayaan yang dapat kita lihat dan pada akhirnya malah menjadi melarat dan jatuh miskin juga. Ada orang memenangi lotre hingga senilai jutaan bahkan miliaran rupiah atau bermain togel yaitu sejenis undian judi bagi orang awam dengan nomor atau angka tertentu, sehingga bila tebakannya tepat, maka besoknya ia dapat hasil berkali-kali lipat dari modal yang disetorkan pada agen togel tersebut. Undian judi ini dulu secara samar-samar dilegalkan pemerintah dalam bentuk Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB). Sayangnya, banyak masyarakat kita yang terjerumus ke undian tersebut pada waktu itu. Akan tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang kaya dan hidup sejahtera. Malah harta pusaka dari orang tua mereka dapat habis untuk memenuhi harapan akan kaya mendadak.