Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Dengan Membaca Kamu Mengenal Dunia, Dengan Menulis Kamu Dikenal Dunia"*

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kurangi Sampah Plastik dengan Plastik Berbayar dan Diet Kantong Plastik

8 Mei 2016   03:07 Diperbarui: 8 Mei 2016   03:44 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah begitu menumpuk di ibukota, khususnya Banda Aceh? Ya! Persoalan sampah merupakan persoalan yang pasti dialami oleh setiap kota, apalagi masyarakat di kawasan perkotaan lebih besar dibanding kawasan pedesaan. Jumlah sampah diprediksikan akan terus meningkat seiring dengan semakin padatnya jumlah penduduk di Indonesia. Bertambahnya jumlah populasi penduduk berarti bertambah pula jumlah sampah yang akan dihasilkan. Tahun 2019, Indonesia disebut-sebut akan menghasilkan sampah sebanyak 67,1 juta ton per tahun. Sebut saja ibu kota negara kita, Jakarta, yang volume timbulan sampahnya sudah lebih dari 6.000 m3 per hari. Untuk ibu kota provinsi Aceh, Banda Aceh, Kepala Dinas Kebersihan dan Keindahan (DKK) Kota Banda Aceh, Jalaluddin mengatakan, pihaknya mengelola sekitar 180 ton sampah setiap harinya di Banda Aceh. Sebanyak 60 persen di antaranya sampah plastik.

Tumpukan sampah plastik di sebuah Halte singgah Bus Trans Kutaraja Banda Aceh (dok. pri)

"Sampah plastik sekarang di Banda Aceh itu lebih banyak, kalau dulu lebih banyak yang organik bisa didaur ulang. Tentu ini membuktikan bahwa semakin tingginya produksi sampah plastik yang kita kelola," kata Jalaluddin saat ditemui di tempat kerjanya.

Meningkatnya sampah di Banda Aceh selain semakin banyak warga yang menggunakan plastik, ada juga sebagian dari sampah yang diproduksi di Kabupaten Aceh Besar juga ikut dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampong Jawa, Banda Aceh, padahal volume sampah di TPA tersebut semakin tinggi.

2016-05-08-01-21-06-572e3e426d7e61100ddcc8a6.jpg
2016-05-08-01-21-06-572e3e426d7e61100ddcc8a6.jpg
Volume sampah di TPA Gampong Jawa Banda Aceh yang semakin meningkat setiap harinya (dok pri).

Sedangkan ibu kota Kabupaten Aceh Barat, Meulaboh, diperkirakan sampah dihasilkan sekitar 114 m3per hari. Jika hal-hal seperti ini dibiarkan terus-menerus tentu akan sangat merugikan dampaknya. Belum lagi masalah terbatasnya lahan yang tersedia untuk menampung dan mengolah sampah, terlebih lagi di ibu kota.

2016-05-08-01-23-21-572e3e98d77e614d0ceab12c.jpg
2016-05-08-01-23-21-572e3e98d77e614d0ceab12c.jpg
Tumpukan sampah yang kebanyakan plastik di salah satu sudut-sudut kota Meulaboh Aceh Barat (dok. pri)

Dapat diketahui jika setiap orang pasti menghasilkan sampah, bahkan mengetahui dampak yang ditimbulknnya. Namun kepedulian masyarakat terhadap sampah masih sangat rendah. Berawal dari kegelisahan melihat lingkungan yang kurang terawat dengan sampah yang menumpuk. Seperti saya melihat banyaknya sungai dan saluran air ataupun got yang seharusnya berfungsi sebagai penampung air, namun beralih menjadi penampung sampah yang kebanyakan adalah sampah/limbah plastik. Hal inilah yang menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi saya. Bukan hanya banjir saja akibat dari pembuangan sampah di saluran air, masalah yang lebih besar adalah kontaminasi dan penurunan kualitas air. Air menjadi sulit untuk diolah kembali guna memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sampah yang menumpuk di suatu tempat dalam waktu yang lama, tentu akan menimbulkan bau busuk yang menggangu kenyamanan warga. Selain itu juga dapat menjadi sumber penyakit, mencemari air tanah, menambah kesan jorok, merusak keindahan dan yang paling mengkhawatirkan berkontribusi terhadap pemanasan global.

Berdasarkan hasil pengamatan, tumpukan sampah di pusat kota, pusat-pusat keramaian, kawasan pemukiman dan sejumlah ruas jalan lainnya, didominasi oleh sampah kantong plastik, lalu diikuti botol air mineral dan kertas-kertas bungkusan. Kondisi tumpukan sampah ini tampakknya dibiarkan begitu saja oleh warga setempat dan dinas terkait, padahal nyata-nyata telah mencemari lingkungan seperti telah membuat saluran air di kawasan tersebut telah tersumbat. Dan sampah plastik merupakan sampah yang paling sulit terurai secara biologis sehingga membutuhkan penanganan lebih.

Oleh karena itulah, inovasi sebagai solusi atau ide-ide baru untuk menyelesaikan permasalahan sampah menjadi sangat penting dilakukan. Salah satunya yang menarik perhatian saya ataupun menarik perhatian kita semua adalah penerapan peraturan kantong plastik berbayar. Saya sendiri sangat antusias menyambut kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mencanangkan kantong plastik berbayar di sejumlah retail seperti supermarket dan minimarket. Buat saya kebijakan ini sangat berguna untuk mengurangi penggunaan sampah plastik yang sulit terurai dan membuat kita untuk lebih “berdiet” terhadap kantong plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun