[caption caption="Ilustrasi gambar: ramajanisinaga.wordpress.com "][/caption]Minggu ketiga (terinspirasi lagu)
Putri berbaring meringkuk di kasurnya yang empuk, sambil menangis, melihat wanita dalam sebuah foto.
“Kenapa mama pergi sebelum Putri memenuhi keinginan mama! Mama kan mau lihat putri jadi sarjana.”
Putri sangat mencintai ibunya lebih dari siapapun. Papa nya tahu jika anaknya itu selalu membanggakan ibunya meskipun kini telah tiada dan berusaha menguatkan putri untuk tegar dan tidak menangisinya terus menerus.
“Putri salah pa, kalau dulu Putri ngak ngotot pingin kuliah sambil kerja, dan sekarang mau jadi sarjana malah mama pergi selamanya”.
Tuhan mengambil ibu Putri tepat satu hari lagi menjelang Putri diwisuda
“Ibu, besok putri wisuda, moment yang putri nantikan selama empat tahun. Putri selalu berjuang sama ibu, tapi hanya satu aku tanpamu,” Putri membatin, memperhatikan foto ibunya, air matanya mengalir pelan.
Selesai diwisuda tanpa diketahui oleh siapapun, putri melangkah menuju pusara ibunya. Air matanya kembali hadir, ia meletakkan baju toga dan medali sarjana di atas makam ibunya.
“Ibu, akhir nya putri bisa memenuhi janji putri. Putri sudah jadi sarjana ma! Putri akan buktikan kalau putri adalah anak mama yang dapat dibanggakan."
Tak lama berselang, putri tidak lagi menjadi karyawan biasa. Dalam doanya ia mempersembahkan wisuda dan jabatan barunya terkhusus buat ibu yang selalu ada di hatinya. Ia bersyukur merasakan kebesaran sang pencipta, lulus tepat waktu dan memiliki perkerjaan dengan posisi tinggi di perusahaan. Ia mengambil sebuah album berwarna biru, penuh debu dan usang, disana ada foto-foto ibunya dari masa ke masa. Ia mencium salah satu foto dan merangkulnya erat. Kini air mata berganti menjadi senyuman manis di depan foto ibunya.
***