Mohon tunggu...
Ikhwan Alim
Ikhwan Alim Mohon Tunggu... -

walking analyzer, silent reader, freelance writer, public speaker

Selanjutnya

Tutup

Money

Popular Brand

24 Maret 2014   17:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara tentang kota Bandung, kota ini memang punya keasyikan tersendiri untuk dikunjungi. Banyak yang datang ke Bandung semata untuk datang ke taman-tamannya serta membeli oleh-oleh khas Bandung.

Akhirnya, segala yang diasosiasikan dengan "dari Bandung", bisa dijual dengan lebih mudah di luar Bandung. Jadi ada brand relationship antara "kota Bandung" dengan segala yang "dari Bandung". Brand "kota Bandung" juga semakin baik karena segala yang "dari Bandung". Saling memperkuat ini yang akhirnya mempertajam positioning bandung sebagai kota kuliner.

Memang ada emosi yang kuat dan menyenangkan pada berbagai brand yang terasosiasi lekat dengan kota Bandung. Seakan selalu ada cerita yang kuat di balik setiap brand yang dilahirkan di kota tersebut.

Talkable
Populer itu tidak sekedar dikenal. Tapi juga dibicarakan. Nah ini yang agak sulit. Karena cerita tentang merek (brand story) harus talkable alias memiliki kencenderungan tinggi untuk dibicarakan. Authenticity jadi satu syarat untuk sering dibicarakan. Tidak hanya di dunia riil saja, syarat authenticity ini berlaku. Tapi juga di dunia social media.

Jokowi itu personal brand yang authentic. Maka menjadi populer brand. Meski baru saja melakukan backfire, karena menjilat ludah sendiri ketika berjanji akan menuntaskan masa kepemimpinannya di ibukota, tapi Jokowi tetap saja populer--minimal bagi warga Ibu Kota. Kali ini popularitasnya karena "pengkhianatan"-nya bagi warga DKI Jakarta.

Penutup
Popularitas tidak bisa dibangun sekali-sekali saja. Di luar sana, brand kita bertarung ketat dengan banyak brand yang lain. Berebut perhatian target customer kemudian menjadi sangat ketat. Bagaimana menjadi populer ketika menjadi terkenal saja masih sulit.

Apple Computer tidak pernah mengiklankan iPod, MacBook, iPhone dan iPad di Indonesia, lho. Tapi produk Apple sangat dibicarakan di sini. Bahkan, justru perusahaan lain yang berani mengiklankan. Saya simpulkan ini, setelah melihat baligo besar Telkomsel yang menampilkan bundling produk mereka dengan iPhone. Telkomsel sudah menjadi advocator bagi Apple di Indonesia.

Kemudian, populer tidak bisa disamakan dengan terkenal. Brand awareness yang tinggi, itulah yang kita sebut terkenal. Being popular brand is being a brand that discussed by people.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun