Mohon tunggu...
Ikhwan Alim
Ikhwan Alim Mohon Tunggu... -

walking analyzer, silent reader, freelance writer, public speaker

Selanjutnya

Tutup

Money

Popular Brand

24 Maret 2014   17:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tengah tahun nanti, ada perhelatan besar di Brazil. Tiap empat tahun sekali, event olahraga besar (kalau bukan yang terbesar) ini kembali diselenggarakan. Dan bulan Juni-Juli nanti adalah puncaknya. Tapi, meriahnya sudah bisa kita rasakan saat-saat ini.

Di beberapa titik di sekitar kita, outlet-outlet Si Merah dan Si Biru bersaing berebut perhatian. Mumpung tren Piala Dunia 2014 mulai marak, maka kedua channel tersebut mulai memampangkan berbagai merchandise terkait tim-negara-tim yang akan berlaga. Jadi saya benar-benar memperhatikan, bahwa sejak Januari lalu, kedua tipe outlet ini mulai melancarkan gerilya marketing, berharap ada impulse buying yang terjadi. Mumpung Jules Rimet Trophy belum disematkan kepada Sang Juara Dunia (sepak bola), maka ini saatnya meraih penjualan. Mudah-mudahan yang juara bukan Spanyol ya :D

Memanfaatkan popularitas suatu event sepakbola yang sedang happening bisa jadi cara mengangkat brand kita. Demikian yang dilakukan oleh Si Merah dan Si Biru. Saya kira, ada tiga cara dalam mempopulerkan brand yang sedang kita garap.

Tren dalam Bisnis
Popularitas merek bisa dibangun dengan menumpang tren yang ada. Tapi marketer harus berhati-hati membedakan mana tren dan mana yang bukan tren. Simak kata opa-opa pemasaran, Al Ries dan Jack Trout berikut:

"whenever business is growing rapidly, the smart approach is to treat it like a fad."


Seperti air pasang di laut, tren (yang dimaksud) adalah tren yang hampir tidak terlihat, tapi sangat powerful dalam jangka panjang. Karena itu jangan salah melihat tren dan bukan tren. Marketer harus paham tren yang sebelah mana, dan memanfaatkan bukan trend (kita sebut fad) tersebut sebagai cara untuk jualan.

Saya kira #selfie itu bukan tren. Tapi keisengan (fad) yang memang bisa ditunggangi oleh para marketer untuk sementara waktu. Yang tepat kita sebut sebagai tren itu contohnya, Instagram. Jadi memanfaatkan visual social media tersebut untuk aktifitas komunikasi pemasaran. Youtube juga bisa dimanfaatkan dengan cara yang sama. Mengingat kelebihannya untuk memvisualisasikan gambar bergerak. Social media marketing memang tren yang baru dalam pemasaran dan masih akan berlangsung untuk waktu lama.

Tren #selfie ini mudah menyebar karena mudah diadaptasi. Istilahnya, gampang ditiru. Jadi yang mau meniru serba ga repot, tinggal narsis aja. Bareng temen-temen malah lebih oke. Karena narsis memang sudah menjadi kebutuhan. Apalagi ada tongsis (tongkat narsis) yang bantu foto sendiri jadi lebih mudah. Adaptabilitas memang salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas suatu trend.

Fenomena lain yang baru terjadi kurang dari setahun ini adalah maraknya olahraga lari. Saya sudah sampaikan sebelumnya, bahwa makin mudah diadaptasi maka makin mudah menjadi perilaku baru bagi target segment. Tinggal pakai sepatu, lalu melangkah, koq. Apalagi berbagai aplikasi (Nike+) dan social media semakin menunjang. Jadi, narsis-nya dapat, olahraganya juga dapat.

Lokal Bisnis
Kalau ingin berhasil, setiap bisnis harus berani me-"lokal"-kan dirinya sendiri. Karena transaksi jual-beli dengan konsumen justru terjadi di tingkat lokal. Betul kan?

Produk dibuat di pabrik, brand dibuat di benak konsumen, tapi jual beli antar keduanya terjadi di tingkat lokal kan? "Ada uang, ada barang" jadi istilah yang tepat, saya kira.

Saya menggarisbawahi konsep lokasi ini, karena konsumen punya asosiasi mental tertentu dengan lokasi. Seperti kita mengasosiasikan brownies kukus Amanda dengan kota Bandung. Buat pulang kampung ke Balikpapan, ini oleh-oleh yang paling sering kami beli. :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun