Cerita di Ujung Bulan April By @buptimika cc: @IkhwaL_Sang (Volunteer BUP dan Anies Baswedan di Surabaya, dok BUP) April, nama Bulan yang lebih berkesan untuk saya tuliskan ceritanya dibandingkan Bulan Maret. Bermula saat di grup WA @buptimika kak @vonnyrm9 (Bu Kepsek kami) meminta kesediaan volunteers untuk menulis artikel bulan Maret dan April. Saya memilih April, tentu saja. Bulan lalu memang sangat istimewa, ibaratnya @buptimika seperti mendapat April Mob di akhir bulan. Pertama, Akhir bulan itu kak @yusran_lm memberitahukan rencana kepindahannya ke Kalimantan. Jadi, Minggu 27 April 2014 adalah kebersamaan terakhir turlap ke Poumako mengajar adik-adik bersama kakak Yusran. Kedua, Turlap @buptimika ke poumako sudah mulai terlihat dampaknya. Baik, cerita pertama tentang kak yusran. Dia bergabung @bukuntukpapua awal bulan Pebruari sama dengan saya. Kak yusran orangnya gemar membaca, banyak koleksi bukunya terutama buku nonfiksi seperti Novel. Kata kak Vonny, “Yusran ini volunteer @buptimika yang tidak pernah absen turun ke Poumako. Setiap ke Poumako, Yusran selalu bertugas mencari dan memanggil adik-adik di sekitar dermaga untuk ikut belajar.” Farewell Party pun diselenggarakan sebelum keberangkatan kak Yusran ke Kalimantan. Acaranya tanggal 30 April di One Republic Café Jalan Budi Utomo, Timika. Acara perpisahan tetap saja isinya canda tawa suka ria (biasa ala BUP :D). Disitu kak Yusran pamitan kepada kami, dia juga donasi beberapa buku untuk @buptimika dan Café. Saya membawa juga, selebaran tentang @buptimika buatan kak @adjienoegroho untuk dibaca pengunjung café. Malam itu, suasana makin mantap dengan karaoke dan goyang lagu dangdut bersama-sama. Hehehehe. Berikutnya cerita turlap ke Poumako pekan terakhir di bulan April. Saat itu banyak sekali yang ikut, merupakan rekor terbanyak kunjungan selama ini. Volunteer dan simpatisan yang terhitung berjumlah 21 orang. Ada yang baru sekali ikut ke Poumako seperti adik-adik dari Taman baca Annaafi. Perjalanan yang lumayan panjang membuat mereka mengaku mengalami mabuk darat. Kondisi secara umum di Poumako adalah daerah pesisir pantai, daerah pelabuhan, tempat keluar masuknya barang ke Timika. Anak-anak disana sudah terbiasa mandi-mandi di bawah dermaga, di sisi kapal-kapal bermuatan. Poumako merupakan pintu memasuki Kota Timika selain Bandara International Mozez Kilangin. Hal yang senantiasa diwaspadai adalah banyaknya orang mabuk di poumako dan dampaknya terhadap adik-adik disana. Perlu juga diketahui, Poumako adalah Kran peredaran Miras di Timika. Saya secara pribadi, mengamati kondisi adik-adik selama 3 bulan terakhir, membandingkan keadaannya sebelum dan setelah komunitas @buptimika hadir memberi kelas belajar di Rumah Pintar. Target memampukan mereka untuk dapat membaca dan menulis sampai saat ini masih belum tercapai. Akan tetapi, kami telah mulai memampukan mereka untuk dapat ‘membaca kehidupan’ yang lebih baik. Awal kedatangan kami, terdapat beberapa hal yang semestinya diubah sesegera mungkin. Kami berpikir, masalahnya utamanya ada pada ketidakmampuan membaca dan menulis. Seiring bejalannya waktu, target belum juga tercapai dan berganti menjadi bagaimana menumbuhkan rasa keingintahuan atau rasa ingin belajar secara terus menerus. Beragam metode pun diterapkan, mulai dari bernyanyi bersama, belajar sambil bermain, membacakan cerita dan berdiskusi. Saya meyakini interaksi kami pasti berdampak bagi kehidupan mereka. Syaratnya, tentu saja bila adik-adik mau membacanya. Perubahan itu yang saya coba temukan di turlap akhir bulan April. Walaupun kecil, saya pun menemukannya. ^___^ Perubahan yang menggembirakan itu adalah… 1.Berpakaian, akhir April saya dapati hanya 1 adik berusia PAUD yang masih bertelanjang dan 1 yang bertelanjang dada. Selebihnya, sudah berpakaian lengkap. Ini jelas berbeda ketika awal turlap ke Poumako. 2.Bertutur Kata, saya sempat kaget ketika ada adik yang melaporkan kepada saya bahwa ada temannya yang berkata-kata kotor dan tidak pantas. 3.Perkelahian, sudah menurun drastis jumlah tangisan adik-adik yang saya dengar. 4.Keingintahuan, ketika dibawakan buku cerita bergambar, mainan playdough dan puzzle, adik-adik seriusnya bukan main. Adik-adik disana banyak yang belum dapat membaca dan menulis teks. Kami tidak berkecil hati, faktanya mereka mampu membaca kehadiran kami. Ada aksi tentu saja ada reaksi, percayalah perubahan positif selalu memungkinkan. “Selama tiga Bulan, bukan waktu yang panjang. Sebentar tapi jelas membekas.” Artikel ini didedikasikan untuk Kak Yusran dan Seluruh Volunteer yang peduli pendidikan bagi adik-adik di Papua. @IkhwaL_Sang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H