Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi masyarakat dan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai. Di daerah terpencil, tantangan seperti kurangnya tenaga kesehatan, akses informasi yang terbatas, dan norma sosial yang mendorong pernikahan usia dini masih menghambat upaya menekan fertilitas remaja. Pemerintah perlu meningkatkan investasi dalam infrastruktur kesehatan dan pendidikan di daerah-daerah ini serta memperkuat kemitraan dengan organisasi non-pemerintah yang aktif dalam edukasi kesehatan.
Kesimpulan
Tingkat fertilitas remaja di Indonesia mencerminkan permasalahan struktural dalam pendidikan, kesehatan, dan ketimpangan ekonomi. Dampak dari tingginya angka fertilitas remaja sangat luas, mencakup aspek kesejahteraan ekonomi keluarga, kesehatan ibu dan anak, serta stabilitas sosial-ekonomi secara keseluruhan. Program pendidikan reproduksi dan peningkatan akses kesehatan harus menjadi prioritas untuk menurunkan angka ini, didukung oleh kebijakan yang memperkuat ketahanan ekonomi dan kesehatan masyarakat, terutama di daerah pedesaan dan terpencil.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat mengakses laporan lengkap dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui tautan berikut: Buku I Analisis Tematik Kependudukan Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H