Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Trump Pengen AS Kuasai Gaza, Legal dan Etis?

5 Februari 2025   15:06 Diperbarui: 6 Februari 2025   18:30 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah pertemuan yang mengundang kehebohan di dunia politik internasional, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyuarakan gagasan yang tak terduga: pengambilalihan Terusan Gaza oleh AS.

Di balik kata-kata yang terbilang blak-blakan itu terselip pandangan baru mengenai penataan kembali kawasan yang selama ini dikenal sebagai lambang penderitaan dan konflik. 

Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Gedung Putih, Selasa (4/2/) Trump menyatakan, "Kita akan menguasai Gaza dan kita akan mengerjakan transformasinya dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya."

Ucapan tersebut menimbulkan gelombang reaksi, mulai dari dukungan terbatas di kalangan politik kanan Israel hingga kecaman tajam dari para legislator Amerika dan tokoh-tokoh internasional yang khawatir akan konsekuensi besar dari langkah ekspansi ini.

Di balik wacana yang terkesan ambisius itu, terdapat realitas pahit yang menyelimuti wilayah Gaza. Wilayah seluas 41 km panjang dan 10 km lebar ini, yang terletak di perbatasan Israel, Mesir, dan Laut Tengah, menampung hampir dua juta jiwa---mayoritas adalah warga Palestina yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan, pengungsian, dan ketidakpastian masa depan.

Sejak konflik berkecamuk pada Oktober 2023, yang menelan korban jiwa ribuan orang, Gaza telah menjadi simbol tragedi kemanusiaan yang meruntuhkan harapan akan kehidupan layak. 

Trump, dengan latar belakang bisnis properti yang kental, menawarkan visi yang kontras: menjadikan Gaza sebagai pusat pengembangan ekonomi dan penyedia lapangan kerja yang tak terbatas, seolah-olah "Riviera-nya Timur Tengah" dapat terwujud di atas puing-puing sejarah dan penderitaan.

Namun, gagasan tersebut tidaklah semata-mata soal transformasi fisik wilayah. Trump mengusulkan suatu mekanisme pengelolaan jangka panjang, yang mencakup pembersihan dari sisa-sisa bahan peledak dan senjata berbahaya.

Ia membayangkan sebuah Gaza baru yang "digenangi" oleh investasi dan pembangunan, di mana peran AS menjadi sentral dalam menciptakan stabilitas dan kemakmuran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun