Di Kota Palu, Sulawesi Tengah, kawasan wisata religi SIS Aljufri menawarkan suasana yang begitu khas, terutama saat bulan Ramadhan.
Jalanan di sekitar kawasan ini dipenuhi dengan pedagang yang menjajakan berbagai perlengkapan ibadah, mulai dari sajadah, kopiah, hingga busana Muslim.
Aroma makanan khas berbuka puasa menyeruak di udara, menciptakan atmosfer yang mengundang para peziarah dan wisatawan untuk menikmati pengalaman spiritual sekaligus budaya yang mendalam.
Masjid Alkhairaat yang berdiri megah di tengah kawasan ini menjadi pusat kegiatan religius, tempat bagi para jamaah untuk melaksanakan ibadah sekaligus menggali sejarah Islam yang berkembang di Sulawesi Tengah.
Saat malam tiba, lampu-lampu di sepanjang Jalan Sis Aljufri berpendar menerangi lapak-lapak yang masih ramai dikunjungi. Pengunjung datang tidak hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk berbelanja dan menikmati suasana religius yang unik.
Keramaian semakin memuncak saat peringatan Haul Guru Tua, di mana ribuan peziarah dari berbagai daerah berkumpul untuk mengenang sosok ulama besar ini. Selain menjadi pusat keagamaan, kawasan ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat sekitar, dengan pedagang kecil dan usaha kuliner yang menikmati lonjakan pengunjung selama periode tertentu dalam setahun.
Namun, potensi wisata di Palu tidak berhenti di situ. Gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi yang melanda Palu pada 28 September 2018 meninggalkan jejak geologis yang menarik.
Sesar Palu-Koro, yang dikenal sebagai salah satu sesar teraktif di Asia Tenggara, menjadi objek geowisata yang menarik perhatian para peneliti dan wisatawan.
Fenomena alam ini tidak hanya memiliki nilai ilmiah yang tinggi, tetapi juga menawarkan pemandangan alam yang memukau. Kawasan ini telah diidentifikasi sebagai potensi geopark yang dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata berkelanjutan.
Situs geologi ini bukan hanya saksi bisu dari dinamika alam, tetapi juga bisa menjadi daya tarik wisata edukatif yang memadukan keindahan alam dan ilmu pengetahuan.