Sepak bola Indonesia kembali menjadi sorotan. Bukan karena aksi gemilang di lapangan, tetapi karena keputusan kontroversial Komdis PSSI yang membatalkan gol Persibo Bojonegoro di menit-menit akhir laga melawan Deltras Sidoarjo.
Keputusan ini memicu perdebatan panas di antara penggemar, manajemen klub, dan pengamat sepak bola. Di balik keputusan tersebut, ada banyak aspek yang perlu dibahas, mulai dari regulasi hingga implikasi pada masa depan sepak bola Indonesia.
Pertandingan antara Persibo dan Deltras berlangsung dengan tensi tinggi, baik di lapangan maupun di tribun penonton. Di menit-menit akhir pertandingan, Persibo berhasil mencetak gol penyama kedudukan.
Namun, gol ini kemudian dianggap tidak sah karena menurut Komdis, terjadi pelanggaran aturan terkait posisi bola dan pelanggaran offside.
Bukan hanya pembatalan gol tersebut, tetapi prosesnya. Komdis, yang biasanya hanya memberikan sanksi berdasarkan pelanggaran, kali ini turut membatalkan gol. Dalam sejarah sepak bola internasional, keputusan semacam ini jarang, jika tidak ingin disebut belum pernah, terjadi.
Langkah Bijak atau Preseden Berbahaya?
Keputusan ini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah langkah Komdis ini bijak? Atau justru membuka pintu bagi permasalahan baru di masa depan?
Dari sisi regulasi, presiden Persibo Bojonegoro mengutip statuta PSSI yang menyebutkan bahwa keputusan wasit di lapangan bersifat final dan tidak dapat diubah. Jika statuta ini benar-benar dilanggar, maka keputusan Komdis berpotensi menjadi preseden buruk.
Apa yang terjadi jika setiap klub mulai mengajukan banding terhadap gol yang dianggap tidak sah? Bisakah kita membayangkan setiap pertandingan Liga 2 berakhir dengan persidangan Komdis?
Di sisi lain, Komdis mungkin ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki otoritas untuk menegakkan keadilan. Mereka tampaknya berusaha menjadi "penengah" di tengah keputusan wasit yang dianggap keliru.