Ketegangan di Amerika Latin seakan tidak pernah berhenti memberikan drama. Kali ini, giliran mantan Presiden Kolombia, lvaro Uribe Vlez, yang menjadi pusat perhatian setelah menyerukan intervensi militer internasional di Venezuela.
Pernyataan ini bukan sembarang pernyataan; ia menyampaikannya di Ccuta, kota perbatasan yang menjadi simbol hubungan rumit antara Kolombia dan Venezuela.
Uribe dengan lantang menyebut pemerintahan Nicols Maduro sebagai akar dari semua krisis yang melanda Venezuela. Ia mengusulkan langkah ekstrem berupa intervensi militer untuk mengatasinya.
Namun, ide ini ternyata tidak mendapat sambutan yang meriah, bahkan di Ccuta sendiri---kota yang dulu menjadi salah satu kantong pendukung setia Uribe.
Di lapangan, respons masyarakat justru penuh skeptisisme. "Kami di sini ingin perdamaian, bukan perang. Ccuta sudah cukup menderita akibat konflik," ujar salah seorang warga yang hadir di acara tersebut.
Pernyataan ini mencerminkan keletihan rakyat terhadap konflik bersenjata yang tak kunjung usai, terlebih di kawasan yang menjadi saksi bisu ketegangan lintas negara.
Sementara itu, Presiden Venezuela Nicols Maduro, dengan gaya khasnya yang penuh semangat, langsung menanggapi pernyataan Uribe. Dalam sebuah acara di Caracas yang dihadiri delegasi dari 125 negara, ia menantang Uribe secara langsung.
"Jika Anda punya nyali, tunjukkan wajahmu sendiri. Jangan hanya memerintahkan orang lain," ujar Maduro, yang langsung disambut sorakan dukungan dari para peserta.
Tidak hanya berhenti di situ, Maduro juga melontarkan kritik pedas terhadap rekam jejak Uribe, yang selama ini kerap dikaitkan dengan isu-isu kontroversial, termasuk dugaan hubungan dengan kelompok paramiliter dan perdagangan gelap.
Meski klaim ini sulit dibuktikan secara hukum, retorika tajam semacam ini selalu berhasil memanaskan suasana politik di kawasan tersebut.