Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Maafkan Koruptor, Asal Kembalikan Dua Kali Lipat

30 Desember 2024   21:40 Diperbarui: 30 Desember 2024   21:40 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wacana pengampunan terhadap koruptor asalkan mereka mengembalikan hasil korupsi telah memancing perdebatan di berbagai kalangan. Usulan semacam ini, meskipun tampak pragmatis, berpotensi menciptakan preseden buruk bagi penegakan hukum dan moralitas bangsa.

Bagaimana tidak? Jika koruptor bisa bebas dengan hanya mengembalikan uang yang mereka curi, lalu di mana letak rasa keadilan bagi masyarakat yang menjadi korban korupsi?

Menurut pengamat hukum Praswad, rencana semacam ini bisa menciptakan "rekayasa sosial" di kalangan pejabat negara. Mereka yang awalnya masih ragu-ragu untuk korupsi bisa jadi lebih berani karena ada jaminan bahwa hukuman atas kejahatan tersebut hanya berupa pengembalian uang.

Dengan kata lain, pengampunan koruptor justru menjadi insentif terselubung untuk melanggengkan praktik korupsi.

Pakar filsafat politik Rocky Gerung dengan tegas menolak pendekatan ini. Baginya, korupsi adalah kejahatan luar biasa yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan permintaan maaf dan pengembalian uang.

Pendekatan semacam ini, menurutnya, tidak hanya bertentangan dengan prinsip keadilan, tetapi juga merusak perjuangan panjang pemberantasan korupsi di Indonesia. Jika koruptor diberi pengampunan, apa jaminannya orang lain tidak mengikuti jejak serupa?

Hal senada diungkapkan oleh Mahfud MD. Baginya, korupsi tidak bisa dianggap sebagai kejahatan biasa yang cukup ditebus dengan restitusi. Hukuman berat, baik berupa pidana maupun denda, tetap diperlukan untuk memberikan efek jera.

Ia juga menyoroti bagaimana korupsi telah menghancurkan kehidupan masyarakat dan merusak kepercayaan publik terhadap institusi negara.

Namun, di tengah penolakan tersebut, solusi lain bisa dipertimbangkan. Mengembalikan hasil korupsi memang langkah penting, tetapi seharusnya jumlah yang dikembalikan tidak sebatas apa yang dicuri.

Untuk menciptakan efek jera, pengembalian tersebut bisa ditingkatkan menjadi dua hingga tiga kali lipat dari kerugian yang ditimbulkan. Dengan demikian, koruptor tidak hanya kehilangan hasil curiannya, tetapi juga dipaksa menanggung konsekuensi finansial yang berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun