Hari natal memang telah berlalu, namun suasana kemeriahan perayaan natal masih terasa di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, masyarakat Indonesia khususnya pemeluk Kristen selalu mengadakan perayaan natal nasional yang juga dihadiri oleh pejabat Negara, diantaranya Presiden. Namun pada tahun ini perayaan natal nasional terasa sedikit berbeda, karena perayaan natal nasional tidak lagi dilangsungkan di sekitar Jakarta, namun berpindah ke ujung timur nusantara, yakni di Provinsi Papua.
Perayaan natal Nasional di tanah Papua merupakan usulan langsung Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yang disampaikan kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise selaku Ketua Panitia Natal Nasional. Pemindahan lokasi tersebut bukanlah tanpa alasan. Presiden Joko Widodo mengatakan perayaan natal nasional di Stadion Mandala, Jayapura tersebut akan membuat hubungan Presiden dengan rakyat Papua menjadi lebih akrab. Lebih dari itu, dengan berkunjung ke Papua, Presiden menjadi lebih mengetahui berbagai permasalahan di ujung timur Indonesia tersebut.
Perayaan hari raya natal secara nasional yang dipusatkan di Papua patut diapresiasi, karena tampak nyata bahwa pemerintah Indonesia sangat memperhatikan nasib seluruh elemen masyarakat Indonesia tanpa terkecuali dari Sabang sampai Marauke. Selama ini berbagai kelompok, khususya yang berada di kawasan Indonesia Timur sering mengeluhkan kurangnya perhatian dari pemerintah pusat terhadap daerahnya. Kelompok tersebut kemudian menyebut pemerintah menganak-tirikan rakyat di Indonesia Timur. Pemikiran tersebut kemudian berkembang dari mulut ke mulut, sehingga muncul kelompok-kelompok yang ingin meminta pemisahan dari NKRI, yang kemudian disebut kelompok separatis.
Dengan adanya pagelaran acara nasional di Papua, cukup menandakan bahwa pemerintah sangat memperhatikan kondisi di ujung timur Indonesia. Bahkan, Presiden Jokowi tidak hanya datang ke Papua untuk merayakan natal nasional, melainkan menyempatkan diri melakukan berbagai aktivitas di wilayah Bumi Cendrawasih tersebut, diantaranya meresmikan peletakan batu pertama pembangunan Pasar Pharaa dan Pasar Mama-Mama di Sentani, Jayapura serta bertemu dengan para relawan, dan mengunjungi lokasi proyek pembangunan Jembatan Holtekamp, yang menghubungkan Pulau Toubati Enggros dengan kawasan Holtekamp‎ di Jayapura. Tidak hanya demikian, Presiden juga menyempatkan diri ke Wamena guna bertemu dan berdialog dengan took adat Lembah Baliem, ke Sorong untuk melihat proyek pembangunan Pasar Rufei dan Pelabuhan Pelni, serta berdialog dengan tokoh adat setempat pada Minggu – Senen, ke kampung nelayan di di Distrik Malawei, Sorong dan berdialog dengan Kepala Daerah, Tokoh Adat dan Agama Papua Barat, yang dilaksanakan di kantor Walikota Sorong. Sungguh perhatian yang sangat besar kepada masyarakat Papua.
Presiden pun telah memerintahkan sejumlah menteri melakukan pengkajian terhadap pembangunan di wilayah Papua, seperti pembangungan fasilitas kereta api, industri, bahkan pengusutan berbagai masalah di Papua. Bahkan, Presiden sebelum berangkat ke Papua Presiden telah bertemu dengan pihak-pihak yang menyatakan penolakan terhadap kehadiran Presiden di wilayah tersebut.
Melihat itikad baik dari Presiden Jokowi, sudah seharusnya kita selaku masyarakat Indonesia melakukan hal yang sama, memberikan dorongan dan dukungan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan Papua. Pun begitu pula dengan masyarakat Papua, khususnya kelompok penentang pemerintah, diharapkan tak lagi menganggap diri sebagai komunitas di luar Indonesia, karena sampai kapanpun wilayah Papua akan tetap berada dalam lingkup NKRI. Seluruh lapisan masyarakat Indonesia mencintai Papua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H