Mohon tunggu...
Ikhsan Asantri
Ikhsan Asantri Mohon Tunggu... Lainnya - Pribadi

Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Sultan Ageng Tiratayasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Komunikasi Menjadi Kunci Penting

16 Maret 2022   21:15 Diperbarui: 16 Maret 2022   21:16 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bentuk komunikasi yang kedua yaitu implisit. Implisit komunikasi ada 3 yaitu, Bahasa tubuh (body language), nada bicara (tone of speech), dan ekspresi wajah (facial expression). Pesan yang implisit mampu membuat kalian menjadi komunikator yang baik. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena mampu memperkuat kata demi kata yang kita ucapkan, lalu mengungkapkan informasi mengenai keadaan emosional, dan menyampaikan feedback kepada orang lain.

Apa saja jenis komunikasi non-verbal? Komunikasi non-verbal bisa berupa Gerakan tubuh seperti saat kalian berbicara dan gemeteran sangat terlihat bahwa kalian sedang gugup. Lalu ada postur, gunakan postur tubuh yang tegap saat berkomunikasi. Jangan tunjukkan postur yang malas. Kemudian kontak mata, tataplah lawan bicara kalian atau komunikan. Jangan menghadap langit atau atas. Lalu ada nada suara dan ekspresi wajah. Gunakan nada suara yang sewajarnya, tidak meninggi atau merendah. Namun Ketika kalian ingin menekankan suatu kata, maka berikan penekanan pada kata tersebut. Dan yang terakhir ekspresi wajah, jika kalian sedang rapat maka tunjukkan wajah kalian yang senang dan bersemangat.

Dalam melakukan komunikasi dengan pesan non-verbal perhatikan etikanya juga. Perhatikan gestur tubuh kalian saat duduk atau pun berdiri. Saat duduk, jangan menerapkan pose malas. Dan berdiri dengan tegap. Saat kalian ingin melakukan pidato atau menjelaskan project, maka tangan kalian harus posisi terbuka. Tangan dengan posisi terbuka menandakan kalian terbuka. Perhatikan juga red flag yang sering kalian lakukan. Saat dalam posisi formal, jangan pernah menggaruk -- garuk, menggoyang-goyangkan kaki, atau memasukan tangan ke kantong. Hal ini akan memberikan kesan yang aneh. Jangan lupa untuk berinteraksi kepada audiens dan memperhatikan audiens.

Lalu bentuk komunikasi yang terakhir ialah mendengarkan secara aktif. Perlu kalian tau bahwa dengar dengan mendengarkan adalah hal yang berbeda. Dengar adalah Ketika kalian hanya mendengar sebuah kata atau kalimat secara singkat dan cepat sehingga kalian tidak memahami dengan betul. Namun jika mendengarkan maka kalian mendengarkan secara rinci dan detail yang tentunya tersimpan di memori otak kalian. Mendengarkan akan Kembali ke konsep komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah akan menghasilkan feedback, dimana jika kalian sebagai komunikan. Maka, kalian perlu mendengarkan si komunikator saat memberikan pesan. Ketika komunikator meminta feedback dari komunikan, namun komunikan tidak bisa memberikan feedback. Itu tandanya komunikan tidak mendengarkan secara aktif. Jadi yang dimaksud dengan mendengarkan secara aktif ialah mendengarkan untuk mengevaluasi, menganalisis, dan mengklarifikasi.

Untuk mendengarkan secara aktif, diperlukan kesadaran diri masing-masing. Sebab mendengarkan secara aktif tidak hanya mendengarkan dan berkonsentrasi tentang apa yang dikatakan. Dengan menjadi pendengar yang aktif, akan menjadi daya Tarik bagi pembicara. Jika kita tidak menjadi mendengarkan secara aktif, mungkin pembicara akan mengira bahwa kita tidak mendengarkan. Sama halnya seperti saat rapat, saat rekan kerja sedang menjelaskan project maka kita perlu mendengarkan secara aktif agar kita mampu memahami penjelasan dengan baik serta pembicara tau bahwa ada yang mendengarkan penjelasannya.

Untuk mendengarkan secara aktif, ada 3A prinsip yaitu: Attention, Attitude, dan Adjustment. Perhatian (attention) dalam prinsip ini yaitu kita perlu memberikan perhatian kita pada mendengarkan. Fokuskan diri pada mendengarkan apa yang pembicara bicarakan. Tanamkan fokuskan diri dalam mindset. Karena kunci dalam mendengarkan adalah fokus. Jika kita tidak fokus maka, tidak akan bisa mendengarkan secara aktif. Salah satu hal untuk bisa memfokuskan diri untuk mendengarkan adalah matikan handphone. Matikan semua notif dari hp kalian. Karena dengan adanya notif dari hp, pikiran kalian akan terganggu dan fokus akan menjadi terpecah belah.

Prinsip yang selanjutnya yaitu sikap (attitude). Prinsip sikap disini yang dimaksud adalah tunjukkan sikap kalian bahwa kalian sedang mendengarkan pembicara. Sikap seperti apa yang dimaksud? Kalian bisa memberikan ekspresi wajah, ekspresi wajah yang tersenyum kecil. Apalagi Ketika pembicara sedang membicarakan hal yang menarik sekali maka kalian bisa kasih senyuman kecil. Senyuman yang kalian berikan akan menandakan kalian setuju dan senang atas apa yang pembicara bicarakan. Selanjutnya kalian bisa melakukan kontak mata. Kontak mata disini diperlukan yang dimana akan berarti bahwa kalian mendengarkan dan mengamati pembicara. Dan yang terakhir yaitu postur. Saat kalian mendengarkan maka berikan postur yang baik dan jangan mengecek jam atau memainkan gadget. Kemudian ada mengakui, mengakui seperti "ohh iya" atau "iya saya setuju". Hal itu sangat penting saat mendengarkan. Selanjutnya jangan lupa mengingat apa yang disampaikan, atau kalian bisa mencatatnya agar tidak lupa. Dan yang terakhir yaitu jangan memberikan interupsi terus menerus setelah kalian bertanya. Hal itu akan membuat pembicara frustasi.

Prinsip yang terakhir ialah menyesuaikan diri (adjustment). Disini ada refleksi, dimana kalian mengulang apa yang dibicarakan apakah kalian mengerti atau tidak. Kemudian ada bertanya. Jika tidak paham, maka bertanyalah. Bertanyalah sebelum tersesat di jalan. Lalu ada klarifikasi dan ringkasan. Klarifikasi disini seperti saat kalian ingin mempertanyakan deadline project atau laporan, guna memastikan Kembali deadline tsb. Dan berikanlah ringkasan agar dikemudian hari dapat dimengerti. Contohnya saat rapat berikan ringkasan di akhir rapat, yang akan berguna di kemudian hari.

Komunikasi merupakan kunci penting di segala bidang pekerjaan. Komunikasi tidak hanya berbicara seenaknya saja. Komunikasi juga memerlukan etika. Apalagi jika konteks komunikasi yang professional, maka pakailah etika komunikasi. Orang yang menerapkan etika komunikasi saat ia berada di luang lingkup pekerjaan, akan membantunya dalam menerapkan etika profesinya masing-masing.

Penulis adalah Ikhsan Asantri (3332190013), mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun