Mohon tunggu...
Ikhsan Hadi
Ikhsan Hadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang\r\nAsal ACEH\r\nBahkan jika semua pepohonan dan hutan di dunia ini habis untuk menulis dan merangkai makna kehidupan maka benarlah tidak ada habisnya ilmu sang Maha Pemilik Ilmu\r\n\r\nLalu nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustai?

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Selfie dan Diary, Media Katarsis Generasi Digital, Antisipasi Stres dan Depresi pada Remaja

16 September 2014   17:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:32 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Zaman modern serta globalisasi tidak bisa dipungkiri menjadi hal yang sangat layak dan menarik untuk diperbincangkan, setiap perubahan dan juga revolusi yang diciptakan dari dampak globalisasi khususnya dibidang tekhnologi juga sangat banyak melakukan peubahan dan kemajuan yang akan sangat berdampak positif jika dipergunakan secara bijak dan benar, namun juga akan sangat berdampak negatif jika dipergunakan dan difungsikan pada hal-hal yang tidak baik. Begitulah redaksi yang sering sekali disampaikan dan menjadi hal yang menarik untuk di analisa lebih mendalam. Disatu sisi kemajuan tersebut sangat mempermudah dan mempercepat kinerja manusia dibidang apapun namun disisi lain sebagian orang mengartikan kemajuan-kemajuan ini justru melahirkan degradasi terhadap remaja generasi bangsa. Nah sekarang kebijakan kita sendirilah yang mampu mengartikan dan memaknai statement tersebut.

Diantara kemajuan yang paling pesat pertumbuhannya adalah pada ranah tekhnologi dan komunikasi. Banyaknya produk-produk yang bermunculan dengan berbagai keunggulan menjadi hal yang sangat menarik bagi kita untuk mengkonsumsi sajian pasar tekhnologi tersebut. Dengan berbagai jenis dan tawaran harga yang relatif beragam sangat memungkinkan untuk siapapu bisa memiliki sarana tekhnologi dan informasi tersebut. Handphone, siapa yang tidak kenal dengan benda ini? Benda yang pada tahun 2000an hanya bisa dipakai oleh orang-orang tertentu dan kelas-kelas sosial tertentu sekarang dianggap sudah menjadi kebutuhan dan ketertarikan sendiri bagi penggunanya, sehingga tidak jarang berbagai rumah produksi berbondong-bondong melakukan segala cara untuk menciptakan system operasi yang paling baik sesuai dengan tuntutan zaman dan pemakainya tanpa terkecuali.

Begitupula halnya dengan psikologi, ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala yang terjadi pada diri manusia juga sudah seharusnya bisa ikut andil untuk kemudian mengupdate sistem dan tools dalam hal assasment dan alat tes, kemajuan yang pesat ini sudah sepatutnya dilirik oleh kita untuk mendukung dan mengimmbangi kemajuan manusianya. Jika kita berkaca dan berpandu pada esensi psikologi maka sudah sepatutnya seiring perkembangan zaman yang mempengaruhi sikap dan perilaku serta tatanan hidup manusia sudah bisa dipastikan maka psikologi juga turut harus ikut mengandalkan modernisasi ini menjadi salah satu bagian untuk memahami geala-gejala, perilaku dan sikap manusia yang semua ini sudah dilakukan oleh bangsa eropa yang konon memang disinyalir sering sekali lebih dahulu melangkah dibandingkan bangsa kita

Maka dari analisa sederhana inilah dan juga didukung oleh beberapa buku bacaan timbul dibenak saya, mengapa tidak jika kebiasaan selfie yang sedang buming dibiperbincangkan dan marak dilakukan para remaja ini dilakukan sebagai salah satu alat atau media bagi kita psikolog untuk kemudian mampu membaca indikasi gejala jiwa dari perspektif gaya yang tunjukkan, mood yang dimunculkan, dan juga tekhnik pengambilan gambarnya, nah ini menjadi menarik jika kita mau menulusurinya lebih jauh dan ini adalah hal sedang saya impi-impikan yaitu bagaimana kita menciptakan sebuah aplikasi di android yang sedang marak digunakan yang di design dan di program untuk membaca dan mendeskripsikan mood seseorang bahkan sampai kepada pemberian saran, hal ini dalam rangka memergunakan media dalam hal yang positif juga hal ini bisa direkomendasikan menjadi “rekaman medis” para psikolog untuk kemudian bisa menentukan assasement lanjutan dan juga intervensi psikologi. Begitu pula dengan menulis buku harian yang saya yakin jika diary sudah menjadi kebiasaan yang pernah dilakukan dan terlanjur hilang dari kebiasaan remaja sekarang, maka mulai hari ini saya yakin jika kita kembali mengkampanyekan kebiasaan untuk menulis diary sebelum tidur maka tidak bisa dibayangkan betapa terbantunya kita untuk memahami gejala gejala yang dirasakan dan betapa mudahnya kita untuk mengantisipasi bahkan bisa mengbackup potensi stress dan depresi yang sedang marak di alami oleh para remaja saat ini disamping juga betapa banyak buku yang bisa dihasilkan oleh remaja kita dari buku harian yang jika setiap malamnya dituliskan dan suatu saat saya ingin mewujudkan semua itu secepatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun