Mohon tunggu...
Ikhsan Hadi
Ikhsan Hadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang\r\nAsal ACEH\r\nBahkan jika semua pepohonan dan hutan di dunia ini habis untuk menulis dan merangkai makna kehidupan maka benarlah tidak ada habisnya ilmu sang Maha Pemilik Ilmu\r\n\r\nLalu nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustai?

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sayang Jelek !

28 Oktober 2014   02:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:30 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Panggilan sayang dengan mengunakan sebutan yang negative bukanlah merupakan hal yang baru didalam dunia remaja, namun sering sekali hal ini kita abaikan dan menjadi sebuah trend yang kita panut mentah-mentah tanpa di filter terlebih dahulu.

Di iringi tawa sederhana dan senyuman keceriaan mengiringi langkah saya sore itu bersama seorang mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di kawasan Jogyakarta yang sedang bermain di kota malang, tidak lain sosok ini adalah kakak kelas saya di bangku MTs dan MA yang baru saja lulus dari program sarjana bangku perkuliahan dengan  masa kuliah yang menurut saya sangat singkat yaitu 3 tahun 2 bulan.

Tidak ada yang menarik dalam perjalanan itu  semua seperti layaknya menjamu tamu yang datang dari luar daerah dengan mengajaknya berjalan mengitari beberapa tempat yang ada disini, namun siapa sangka diujung perjalanan memutari taman kota, kami duduk disebuah kursi dan tiba-tiba beliau melontarkan sebuah pertanyaan yang menurut saya belum pernah saya dapatkan dari clien lainnya yang pernah saya tangani. Begini pertanyaannya:

Dik, kebutulan hari ini kita bisa bertemu dan kamu sudah menjadi salah seorang dari mahasiswa psikologi saya ingin menanyakan sebuah fenomena yang menurut orang lain merupakan hal biasa namun mrupakan masalah yang tidak biasa bagi saya.

Apakah kamu pernah jatuh cinta dan memilih untuk berpacaran? Saya rasa kamu pernah merasakannya atau kamu pasti sudah sering melihat, mengamati bahkan mungkin tidak sedikit client mu mencurhatkan permaslahan cinta yang begitu rumit. Tapi pernahkan kamu berfikir apasih sebenarnya yang menjadi alasan seorang pacar cenderung lebih senang memanggil pasangannya dengan panggilan buruk, yang artinya tidak hanya penilaian subjektif saya saja tetapi bahkan kalau kita melihat cukup banyak status maupun mention sosmed yang memanggil nama pasangannya dengan sebutan jelek misalnya: sayang Jelek, Sayang Gendut, Sayang Bodoh, Sayang Pesek dan lain sebagainya. Yang notabennya panggilan itu merupakan keadaan fisik nyata yang dimiliki pasangannya itu sendiri. Apakah ia sedang benar-benar menghina pasangannya, ataukah itu hanya sekedar candaan semata? Namun kok candaannya seolah ada benarnya meihat fisik dari pasangannya itu sendiri. Apakah perilaku ini termasuk abnormal ataukah saya yang terlalu abnormal dalam memikirkannya. hehe

Spontan suasana nyaman yang sebelumnya saya rasakan berubah 360 derajat menjadi suasana yang sangat membingungkan, disamping pengalaman yang belum sama sekali saya alami sendiri, hal ini juga pada dasaarnya belum pernah terfikir di benak saya, namun tanggung jawab saya dan kode etiik psikologi yang sudah saya jiwai menjadi alasan kuat bagi saya untuk memulai menjawab pertanyaan horror ini.

Dari hasil proses konseling yang panjang dan cukup lama akhirnya saya mencoba menjawab fenomena ini dengan perspektif psikologi yang saya pahami. Fenomena panggilan “buruk” terhadap pacar ini menurut saya sangat erat kaitannya dengan konsep-konsep yang ada dalam psikologi. Untuk  menjawab pertanyaan apakah perilaku tersebut termasuk kedalam perilaku abnormal saya rasa jika kita memahami esensi “abnormal” itu sendiri jelas bahwa secara definitif perilaku ini termasuk kedalam perilaku yang abnormal yang artinya seseorang yang dikasih, disayangi dan dicintai akan sangat mustahil memiliki gelar yang buruk dari pasangannya, namun  penggilan negative seperti ini seolah sudah menjadi sebuah “panggilan sayang” yang diberikan kepada pasangannya.

Selain pemahaman definiitf dan juga mengategorikannya dalam perilaku abnormal ini, saya juga kemudian spontan menjawab fenomena ini berdasarkan dinamika psikologi yang dirasakan pelakunya. Sebelum saya menjelaskan dinamika psikologinya terlebih dahulu saya membagi perilaku ini kepada 2 bagian yaitu Pertama, perilaku ini dilakukan saat pasangan dalam masa awal jadian (1-4 bulan jadian), dan yang kedua Perilaku ini dilakukan dalam masa lebih lama (5-seterusnya).

Pertama, Pada pasangan yang baru menjalani masa pacaran di sinyalir perilaku ini merupakan manifestasi dari rasa kegembiraan yang muncul dari status “pacar” yang baru saja di gelarnya, hormone-hormon bahagia menyebabkan perilaku yang muncul adalah rasa euphoria dan kegembiraan yang luar biasa sehingga apapun panggilan yang di berikan seolah tidak menjadi sebuah hambatan atau sebah ejekan serius baginya karena perasaan kegembiaraannya jauh lebih besar dibandingkan rasio didalam memahami penggilan negative itu dan malah justru panggilan ini dianggap sebuah panggilan sayang yang mengindikasikan rasa perhatian dan sayangnya seorang pasangan terhadap pacarnya, sehingga dasar inilah yang juga mungkin memunculkan statement “Cinta Itu Buta” haha.

Kedua, Jika perilaku ini masih dilakukan di masa-masa euphoria tidak lagi menduduki kursi tertinggi dalam berpacaran sangat memungkinkan ada pertimbangan lain yang lebih serius dalam memanggil dan menyebut pasangannya dengan panggilan yang negative dan jika kita boleh mengamati lebih lanjut panggilan negative itu notabennya cenderung sesuai dengan realita yang dimiliki pasangannya. Dalam hal ini saya mengkaji dengan pemahaman yang sederhana bahwa jika sesorang dimasa ini masih memanggil pasangannya dengan panggilan yang negative akan sangat berpotensi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun