Mohon tunggu...
Ikhsan Hadi
Ikhsan Hadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang\r\nAsal ACEH\r\nBahkan jika semua pepohonan dan hutan di dunia ini habis untuk menulis dan merangkai makna kehidupan maka benarlah tidak ada habisnya ilmu sang Maha Pemilik Ilmu\r\n\r\nLalu nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustai?

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Please Jangan Alay dengan Kondisi Fisik

18 Desember 2014   04:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:05 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Lagi-lagi kita masih ngebicarain tentang kecantikan dan perawatan tubuh. Selain bahasan ini merupakan bahasan yang paling banyak diperbincangkan oleh masyarakat pada umumnya terlebih pada kaum muda-mudi. Penampilan dan kecantikan sering sekali dijadikan sebuah patokan kepercayaan diri yang mencari ciri-ciri yang harus dimiliki saat seseorang ingin tampil prima dan menawan sehingga tidak sedikit dari kita juga sering sekali merogoh kocek yang tidak sedikit bahkan realitanya juga tidak sedikit dari kita yang kemudian melakukan segala cara untuk menemukan kepercayaan diri dengan memiliki kondisi fisik yang ideal sesuai dengan apa yang diharapkan karena menurut mereka penampilan dan kondisi fisik yang kurang optimal dan tidak ideal akan menghambat pekerjaan mereka sehingga sering kali kondisi seperti ini membuat seseorang terlalu menyibukkan dirinya untuk memenuhi kebutuhannya tersebut dan tidak jarang fenomena yang muncul pun kerap kali menjadi fenomena “alay” yang selalu mengatasnakaman kecantikan dan penampilan seperti melakukan diet yang berlebihan, mempercantik diri dengan usaha-usaha “overdosis” bahkan enggan melakukan sesuatu yang seharusnya sangat mampu dilakukan hanya dikarenakan perasaan dan penilaian yang “alay” terhadap kondisi tubuh yang menurutnya kurang.

Terlepas dari dari semua fenomena tersebut siapa sangka ternyata kebiasaan untuk enggan dan malu bahkan “alay” dalam memperhatikan penampilan ini tanpa disadari akan membentuk paradigma dan mengundang kondisi buruk ketidaknormalan terhadap pemaknaan dan terlalu sibuk memperhatikan salahsatu aspek tubuh dari tubuh kita atau dalam dunia psikologi disebut sebagai gangguan Dismorfik Tubuh (Body Dysmorphic Disorder) yaitu gangguan yang ditandai dengan adanya perhatian khusus yang berlebihan terhadap salah satu aspek tubuh dengan gagagasan bahwa kekurangan pada tubuh mereka sebagai sebuah kecacatan (Ellen, Philips, Coles & Rasmussen, 2004).

Pada penelitian terbesar yang dilakukan untuk mencatat perikiraan pravelensi BDD, Rief dan koleganya (2006) melakukan suvei kepada 4.000 lebih orang jerman. Pravelensi orang yang menderita BDD adalah sebesar 1,7 persen. Bagian tubuh yang paing tidak disukai adalah kulit, rambut, payudara (wanita) dan Dada (pria) dan rata-rata bedah plastik yang dilakukan oleh penderita BDD secara signifikan lebih tinggi dibandingkan rata-rata populasi pada umumnya.

Mendukung penemuan Rief dan koleganya pada sampel orang Jerman, Philips dan Menard (2006) Melaporkan hasil penelitian melalui observasi dari 200 klien Amerika Serikat dengan BDD. Mulai dari 45 hingga 70 persen individu dalam penelitian melakukan bunuh diri. Rata-rata tahunan pikiran bunuh diri adalah 57,8 persen.

Dari kedua penelitian ini dapat kita lihat bagaimana gangguan “alay” ini ternyata berdampak sangat luar biasa terhadap pengidapnya, artinya gangguan yang diawali dari perhatian yang berlebihan terhadap kondisi fisik ini akan berdampak lebih buruk bahkan lebih parahnya akan berpotensi kepada tindakan buhuh diri.

Islam sebagai agama yang mengajarkan secara mendalam segala aspek dan problematika kehidupan jauh sebelum gangguan ini ditemukan telah merumuskan konsep “syukur” terhadap apapun yang telah tuhan anugerahkan kepada kita termasuk kondisi fisik. Apapun yang diberikan saat ini merupakan titipan yang tidak ada yang bersifat kekal, namun demikian bukan berarti kita kemudia menafikan atau melupakan untuk diri untuk merawat dan menjaga titipan tuhan ini karena pada dasarnya quotenya adalah “Barangsiapa yang bersyukur maka akan di tambahkan, namun jika kufur sungguh nikmat tuhan akan lebih pedih”. Yang artinya mengubah ke “alay”an yang berlebihan dalam memperhatikan tubuh adalah solusi terbaik dalam mengantisipasi gangguan ini.

“Maka nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustai”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun