Sore itu kami berlima nongkrong di sebuah warung kopi, ngobrol ke sana ke mari mulai urusan aplikasi android, Bendera yang terbalik sampai pada saling ejek antara jomblo dan mereka yang sudah berumahtangga. Pada akhirnya obrolan bermuara pada urusan Pemilihan Gubernur Jawa Barat yang katanya mulai "menghangat". Dari obrolan ini, bisa tertangkap si A dukung siapa, si B dukung siapa dan si E ngefans sama siapa.
Ada sebuah pertanyaan dari fansnya Ridwan Kamil, sebuah pertanyaan yang sepertinya jawabannya dianggap tak dapat lagi dibantah bahwa Ridwan Kamil adalah sosok pejabat yang paling concern terhadap generasi muda di antara para bakal calon yang lain. Tak lain dan tak bukan, alasannya berdasar pada media sosial sang Walikota.
Benar memang, postingan Wali kota Bandung itu selalu saja mampu mencuri perhatian dan antusiasme generasi muda (ABG), redaksi konten yang dibuat sang admin akun media sosial tersebut kreatif dan konsisten menggunakan kata-kata yang lebih dominan ditujukan pada kawula muda, kata-kata yang familiar bagi ABG, materinya pun seringkali tentang keanakmudaan. Penggunaan kata; Jomblo, Patah Hati, Mantan, Move on, Cinta sering kali menjadi pemanis postingan-postingan akun Wali Kota Bandung ini.Â
Ditambah "Kegenitan" Ridwan Kamil yang seringkali menggoda manja Istrinya (Si Cinta) pada postingannya, belum lagi poto-poto yang mengesankan keharmonisan, kegantengan dan kecantikan pasangan ini dianggap mampu menghipnotis anak muda yang memang sedang sebegitunya terhadap dunia asmara. Anak muda mana yang tak meleleh melihat postingan seperti itu. Dengan alasan itu, teman saya yang fans berat Ridwan Kamil menganggap bahwa Wali Kota Bandung tersebut adalah pejabat yang paling concern terhadap anak muda. Postingan-postingan di akun media sosialnya dianggap kekinian dan gue banget oleh anak muda tentunya.
Hal ini bolehlah, benar adanya dan tak dapat dibantah, Ridwan Kamil memang tak segan menokohkan dirinya sebagai sosok Keren nan romantis, dengan kata lain beliau mencoba mencitrakan dirinya sebagai the perfect and perfectionist. Ya, sosok idola gitulah ...
Namanya juga obrolan warung kopi, teman saya yang dari tadi diam mencermati "Pidato Kenegaraan" fans Ridwan Kamil tentu saja punya hasrat mendebat dan memberi pandangan lain mengenai siapa sebetulnya di antara bakal calon Gubernur Jawa Barat yang Concern terhadap Generasi Muda.Mengenai Bakal Calon Gubernur yang lebih concern terhadap generasi muda teman saya yang satu ini ternyata mempunyai pandangan berbeda.Â
Urusan postingan di media sosial dia kesampingkan, dia lebih melihat pada kebijakan-kebijakan yang "Ditelurkan" Dedi Mulyadi.Mulailah dia berorasi; DI Purwakarta, ada peraturan Bupati yang mengatur tentang larangan jajan di sekolah bagi para pelajar, ada juga peraturan Bupati yang melarang siswa menggunakan kendaraan bermotor baik ke sekolah maupun di luar jam sekolah, larangan bermain Play Station, lalu anjuran bagi setiap siswa untuk memelihara hewan ternak, belajar bercocok tanam. Tak cukup itu, Bupati Purwakarta menjadi pionir penggunaan kembali iket khas sunda, pakaian khas sunda yang diwajibkan bagi para pelajar dan bahkan pegawai pemerintahan.Â
Pemda Purwakarta juga mengeluarkan kebijakan sekolah pagi, pelajar di Purwakarta masuk sekolah jam 06:00, ini adalah bentuk pendidikan disiplin bangun pagi, meski pada awalnya menuai pro kontra, namun perlahan kebijakan ini sungguh disyukuri, rata-rata pelajar kini bangun pada jam Sholat Subuh. Kebijakan sekolah pagi ini juga diikuti lahirnya Kidang Kencana, apa itu Kidang Kencana?Â
Kidang Kencana adalah mobil pengangkut pelajar, dikhususkan untuk transportasi pelajar yang tempat tinggalnya jauh dari sekolah, pelajar yang tinggal di pelosok pedesaan biasanya berkumpul di satu tempat dan kemudian Kidang Kencana setia menjemput. Ini tentu saja sangat melegakan hati para orang tua pelajar, satu catatan penting bahwa pengemudi Kidang Kencana ini adalah Anggota TNI yang bertugas di Koramil setempat. Safety kan?
Saya kira (Kata teman saya), Bupati Purwakarta justru jauh lebih concern terhadap generasi muda, dan perhatian beliau terhadap generasi muda justru lebih mengena pada inti. Dengan kata lain Dedi Mulyadi mempunyai harapan lebih, mempunyai pengelihatan lebih dan mempunyai ketajaman lebih dalam hal melihat keanakmudaan dengan segala problematikanya.Â
Dalam sebuah pidatonya, Dedi Mulyadi berharap generasi muda Purwakarta akan tumbuh menjadi sosok yang kuat, dan ini haruslah diberi bekal sejak dini, bekal kedisiplinan, bekal karakter yang kuat, bekal kecintaan kepada alam dan tentu saja dengan bekal ketauhidan dan kepatuhan pada Allah. Satu lagi, program membaca kitab kuning bagi pelajar di Purwakarta. Kitab Kuning yang biasanya hanya dipelajari di pesantren-pesantren kini dipelajari juga di sekolah-sekolah. Ini salah satu upaya diantara banyak upaya lainnya untuk membekali para generasi muda dengan pengetahuan keagamaan sejak dini.