Solusi untuk masalah ini tidak hanya bergantung pada individu, tetapi juga pada sistem yang mendukung profesi guru. Pemerintah perlu meningkatkan gaji dan tunjangan, terutama bagi guru honorer, agar mereka tidak perlu mencari solusi finansial yang berisiko. Selain itu, program literasi keuangan harus menjadi bagian dari pelatihan guru untuk membantu mereka mengelola keuangan dengan lebih bijak.
Komunitas pendidikan juga harus berperan aktif dalam memberikan dukungan kepada guru yang mengalami kesulitan finansial. Dengan menciptakan wadah untuk berbagi pengalaman dan mencari solusi bersama, para guru dapat merasa bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini. Pendekatan ini juga dapat membantu mengurangi stigma yang sering kali melekat pada masalah utang.
Lembaga keuangan juga bisa memberikan kontribusi dengan menyediakan produk pinjaman yang ramah guru. Dengan bunga rendah dan syarat yang lebih manusiawi, mereka dapat membantu para guru keluar dari jeratan pinjol tanpa menambah beban finansial mereka. Langkah ini tidak hanya menguntungkan guru, tetapi juga membangun citra positif bagi lembaga tersebut.
Pada akhirnya, masyarakat juga harus berperan dengan memberikan apresiasi yang lebih kepada profesi guru. Dengan mengurangi ekspektasi sosial yang berlebihan dan mendukung mereka secara moral, masyarakat dapat membantu mengurangi tekanan yang sering kali memicu keputusan finansial yang salah.
Fenomena guru yang terjerat pinjol adalah cerminan dari masalah struktural yang membutuhkan perhatian serius. Jika tidak segera diatasi, hal ini tidak hanya akan merugikan para guru secara individu, tetapi juga berdampak pada kualitas pendidikan di Indonesia secara keseluruhan. Guru adalah pilar bangsa, dan sudah seharusnya mereka mendapatkan dukungan penuh untuk menjalankan peran mereka tanpa beban yang menghimpit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H