Mendidik anak agar tidak memiliki mental miskin merupakan tugas besar bagi setiap orang tua. Mental miskin bukan soal ekonomi, tetapi pola pikir yang cenderung merasa kurang, tidak percaya diri, dan selalu bergantung pada orang lain. Menurut para ahli, pola asuh yang tepat adalah kunci utama dalam membentuk mental tangguh dan berdaya.
Pertama, tanamkan nilai kerja keras sejak dini. Anak yang terbiasa mendapatkan sesuatu dengan usaha akan lebih menghargai hasil kerja mereka. Hindari memberikan segala sesuatu secara cuma-cuma, karena ini dapat membuat anak menjadi manja dan tidak memiliki motivasi untuk berusaha.
Kedua, ajarkan rasa syukur. Anak yang selalu mengeluh dan merasa kurang cenderung memiliki mental miskin. Ajak mereka untuk menghargai apa yang dimiliki dan mensyukuri hal-hal kecil dalam hidup. Kebiasaan ini akan membentuk pola pikir positif.
Ketiga, berikan tanggung jawab. Misalnya, dengan mengajarkan anak mengelola uang saku atau membantu pekerjaan rumah. Anak yang diajarkan tanggung jawab akan lebih mandiri dan tidak mudah menyerah saat menghadapi tantangan.
Keempat, hindari overprotektif. Anak yang terlalu dilindungi akan kesulitan menghadapi masalah di masa depan. Biarkan mereka belajar dari kesalahan, karena pengalaman adalah guru terbaik.
Kelima, ajarkan pentingnya berbagi. Menurut psikolog anak, mengajarkan anak untuk membantu orang lain dapat membentuk empati dan menghindarkan mereka dari sifat egois. Anak yang peduli pada orang lain cenderung memiliki mental yang lebih kuat.
Keenam, jangan biasakan memberi hadiah sebagai motivasi. Anak perlu diajarkan bahwa usaha dan keberhasilan adalah sesuatu yang membanggakan, bukan sekadar untuk mendapatkan imbalan. Pola pikir ini akan membuat mereka lebih fokus pada proses daripada hasil semata.
Ketujuh, biasakan membaca dan belajar hal baru. Anak yang gemar belajar memiliki wawasan luas dan kemampuan berpikir kritis. Hal ini akan membuat mereka lebih percaya diri dalam menghadapi kehidupan.
Kedelapan, hindari sikap membandingkan. Anak yang sering dibandingkan dengan orang lain cenderung merasa rendah diri. Fokuslah pada potensi dan perkembangan anak Anda sendiri, dan berikan dukungan yang membangun.