Mohon tunggu...
Khairul Ikhsan
Khairul Ikhsan Mohon Tunggu... Guru - Selamat datang di media masa seputar perkembangan ilmu pengetahuan

Disini kita akan membahas terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menghidupkan Literasi: Kisah Taman Baca Anak di Tengah Perubahan Zaman

13 Januari 2025   16:41 Diperbarui: 13 Januari 2025   16:41 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi taman baca anak yang penuh warna (Sumber: Artificial Intelligence)

Dalam era digital yang penuh dengan gawai dan media sosial, kehadiran taman baca anak menjadi oase yang menyegarkan. Sebagai ruang yang dirancang untuk menumbuhkan minat baca, taman baca berperan penting dalam membangun budaya literasi sejak dini. Namun, bagaimana sebenarnya kondisi taman baca di sekitar kita? Apakah anak-anak masih tertarik mengunjungi tempat yang kaya ilmu ini?

Di beberapa daerah, taman baca anak hadir dengan berbagai kondisi dan fasilitas. Ada yang sangat sederhana, berupa ruang kecil dengan rak kayu berisi buku-buku bekas. Namun, ada juga yang dikelola secara profesional dengan koleksi bacaan yang kaya, ruangan ber-AC, hingga area bermain edukatif. Koleksi buku biasanya mencakup cerita bergambar, ensiklopedia anak, dan buku pelajaran. Beberapa bahkan menyediakan buku digital untuk menjembatani minat anak-anak yang akrab dengan teknologi.

Namun, tantangan terbesar bagi taman baca adalah menarik minat anak-anak. Di era serba cepat ini, minat anak terhadap buku seringkali kalah dengan daya tarik gawai dan media hiburan. Meski begitu, taman baca yang kreatif mampu beradaptasi. Mereka mengadakan acara seperti lomba membaca, mendongeng interaktif, atau kelas seni yang mengintegrasikan kegiatan membaca. Strategi ini sukses mengubah taman baca menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak.

Sayangnya, tidak semua taman baca memiliki fasilitas memadai. Banyak yang kekurangan buku berkualitas, tempat duduk yang nyaman, bahkan penerangan yang cukup. Beberapa tempat juga menghadapi kendala pendanaan, sehingga sulit untuk memperbarui koleksi bacaan atau memperbaiki fasilitas. Hal ini sering kali membuat taman baca terlihat kurang menarik bagi anak-anak maupun orang tua.

Meski begitu, semangat pengelola taman baca tak pernah pudar. Mereka berusaha melibatkan masyarakat untuk mendukung keberadaan taman baca, baik melalui donasi buku, kegiatan sukarela, maupun kerja sama dengan sekolah. Upaya ini bertujuan menjadikan taman baca sebagai tempat belajar yang inklusif dan inspiratif bagi semua anak, tanpa memandang latar belakang sosial.

Apakah di tempatmu ada taman baca seperti ini? Jika ya, bagaimana kondisinya? Apakah sudah menarik perhatian anak-anak untuk datang dan membaca? Kehadiran taman baca bukan hanya soal menyediakan buku, tetapi juga menciptakan ruang yang mendorong anak-anak untuk bermimpi, belajar, dan mengeksplorasi dunia. Dengan mendukung taman baca, kita turut berkontribusi dalam membangun generasi yang lebih cerdas dan berdaya.

Mari kita jaga dan kembangkan taman baca di sekitar kita. Tidak hanya sebagai tempat membaca, tetapi juga sebagai pusat kreativitas dan pengembangan diri anak-anak di tengah arus digitalisasi yang tak terbendung.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun