Mohon tunggu...
Khairul Ikhsan
Khairul Ikhsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang di media masa seputar perkembangan pendidikan

Disini kita akan membahas terkait dengan perkembangan pendidikan masa kini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rendahnya Kemampuan Literasi dan Numerasi Siswa Indonesia

10 Januari 2025   13:08 Diperbarui: 10 Januari 2025   13:08 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi tentang literasi dan numerasi siswa (Sumber: Artificial Intelligence)

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai survei internasional menunjukkan bahwa kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia berada pada posisi yang mengkhawatirkan. Data dari Programme for International Student Assessment (PISA) mengungkapkan bahwa tingkat literasi membaca dan kemampuan matematika siswa Indonesia berada di bawah rata-rata global. Kondisi ini menjadi perhatian serius, mengingat literasi dan numerasi adalah fondasi penting dalam pembentukan kompetensi generasi muda yang produktif dan inovatif.

Salah satu masalah utama yang menyebabkan rendahnya literasi dan numerasi adalah kualitas pendidikan yang belum merata di seluruh Indonesia. Siswa di daerah terpencil sering kali tidak mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai, seperti buku, alat peraga, atau guru berkualitas. Ketimpangan ini semakin melebar dengan kurangnya pelatihan bagi tenaga pendidik di wilayah-wilayah tersebut. Hal ini berdampak pada terbatasnya kemampuan siswa untuk memahami dan mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari.

Selain itu, pendekatan pembelajaran yang cenderung mengutamakan hafalan daripada pemahaman menjadi tantangan besar. Kurikulum yang terlalu padat sering kali membuat siswa kesulitan untuk benar-benar memahami materi, terutama dalam bidang literasi dan numerasi. Di sisi lain, banyak guru yang kurang menguasai metode pengajaran interaktif yang dapat meningkatkan minat dan keterampilan siswa dalam membaca maupun berhitung.

Dampaknya terasa nyata pada produktivitas bangsa. Rendahnya kemampuan literasi dan numerasi membuat lulusan Indonesia sulit bersaing di dunia kerja yang semakin kompleks. Tenaga kerja dengan kemampuan dasar yang rendah akan sulit beradaptasi dengan tuntutan pekerjaan modern, yang sering kali memerlukan kemampuan analitis, pemecahan masalah, dan inovasi. Hal ini mengancam daya saing bangsa di tingkat global dan menghambat upaya menuju negara maju.

Untuk mengatasi masalah ini, salah satu solusi utama adalah meningkatkan pelatihan bagi tenaga pendidik. Guru perlu dibekali dengan metode pembelajaran kreatif yang mendorong siswa berpikir kritis dan memahami konsep secara mendalam. Selain itu, pemerintah harus memastikan pemerataan akses pendidikan berkualitas di seluruh daerah, termasuk distribusi buku dan alat pembelajaran yang relevan.

Pengembangan kurikulum yang lebih fleksibel dan berfokus pada penguasaan literasi dan numerasi juga menjadi solusi penting. Kurikulum harus dirancang untuk memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berlatih membaca dan berhitung dalam situasi nyata. Pendekatan ini dapat membantu siswa lebih memahami dan mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari.

Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat juga sangat diperlukan untuk membangun budaya literasi yang kuat. Program-program seperti perpustakaan keliling, komunitas membaca, dan pelatihan keterampilan numerasi berbasis teknologi dapat menjadi langkah inovatif untuk meningkatkan kemampuan siswa. Dengan pendekatan terpadu ini, diharapkan kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia dapat meningkat, sehingga produktivitas dan daya saing bangsa di tingkat global dapat terangkat secara signifikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun