Oleh: Ikhsan Bawa AM
Janji oh janji...
Aku mendengar suaramu waktu itu
Kau berteriak lantang
Kau menjerit
Menyeruakan seru— tapi terlihat semu
Janji oh janji...
Kau berkata yakin
Kau berkata Demi Tuhan
Kau berjanji dalam mimbar suci
Kau bersorak dalam kebisingan sunyi
Janji oh janji...
Kau seperti burung nuri
Kau seperti burung merpati
Kau seperti burung cendrawasi
Banyak dikagumi
Banyak dinanti
Dan banyak menginspirasi
Janji oh janji...
Rayuanmu menyeruak hati
Bisikanmu menyejukan nurani
Suaramu menghibur keadaan sepi
Tapi oh tapi, kau laiknya setan yang menjebak
Kau laiknya penipu
Kau laiknya kuntilanak yang menjerit di malam hari
Janji oh janji...
Aku tidak muak denganmu
Aku tidak apatis atas perlakuanmu
Aku tidak ilfeel bujuk rayumu
Aku menyadari—karena kau ingin menguasi
Menguasi negeri
Menguasi institusi
Menguasi instansi
Menguasi jagat Indonesia ini
Janji oh janji...
Untung saja, kau datang lima tahun sekali
dan tidak setiap hari
Begitu muaknya aku
Begitu bosannya aku
Begitu galaunya
Begitu rusaknya aku
Jika kau datang setiap hari
Janji oh janji...
Kau keluar dari mulut mereka
Pemimpi pembangun bangsa, katanya
Pemimpi pembangun cinta, katanya
Pemimpi pembangun sejahtera, katanya
Janji oh janji...
Sayang sekali,
Kau tidak datang dari ketulusan
Kau tidak datang dari gunung kemuliaan
Kau tidak datang dari gurun kebaikan
Kau datang dari mulut kemunafikan
Janji oh janji...
Kau laiknya harimau—mengaung di pagi hari
Setelah itu menerkam mangsa menjadi mati
Janji oh janji...
Satu tujuanmu, kekuasaan!
Kekuasaan meraih keberuntungan
Kekuasaan meraih penghasilan
Kekuasaan meraih ketidakadilan
Janji oh janji...
Kau menyerukan kebaikan
Kau menyerukan kebenaran
Tapi tingkah mulutmu seperti anjing kehausan
Kau berkata anti korupsi
Tapi kau malah menikmati hasil grartifikasi
Kau berkata anti kolusi
Tapi kau malah memanipulasi
Kau berkata anti nepotisme
Tapi kau malah memonopoli
Kau berkata keadilan
Tapi kau malah berlaku kerdil
Kau berkata kesejahteraan
Tapi kau malah kesetanan
Kau berkata kemakmuran
Tapi kau malah memakmurkan dirimu sendiri
Janji oh janji...
Kau bagaikan surga berwajah neraka
Kau bagaikan suka berwajah nestapa
Kau bagaikan bahagia berwajah dahaga
Janji oh jani...
Kau presiden
Kau gubernur
Kau bupati
Kau walikota
Kau camat
Kau lurah
Kau DPR
Kau pejabat
Dan kau semua ilusi
Ilusi dalam imajinasi
Ilusi dalam korupsi
Ilusi dalam mimpi
Ilusi dalam catatan sejarah bangsa ini
Janji oh janji...
Kau tidak manusiawi
Kau tidak hewani
Kau tidak seperti apa yang kau caci
Kau tidak seperti apa yang kau ingini
Kau telah masuk dalam kubangan kosong yang tak berisi
Janji oh janji...
Aku menunggumu di pagi hari
Aku menunggumu di siang hari
Aku menunggumu di malam hari
Sampai-sampai aku tertidur
Dan kau berlum hadir dalam penantianku
Janji oh janji...
Aku kasihan pada kata-kata muliamu
Aku kasihan pada cita-cita kemerdekaanmu
Aku perihatin pada fatwa baikmu
Janji oh janji...
Kembalilah pada roh sucimu
Kembalilah pada jiwa bersihmu
Kembalilah pada nyawa indahmu
Kembalilah pada akal sehatmu
Kembalilah pada ucapan-ucapanmu
Kembalilah pada tindakan baikmu
Janji oh janji...
Aku menantimu dalam peraduan kesetiaanku
Aku menantimu dalam cakrawala anganku
Aku pun menulismu dalam catatan hitamku
Catatan tanpa pengampunan
Catatan tanpa alang-alang
Catatan polos dari seorang penanti
Catatan polos dari seorang pecinta—pecinta keagunganmu, ooohhh janji.
Janji oh jani...
Aku berdoa dalam kesadaranku
Aku berharap dalam kemanusiaanku
Agar kau hidup dalam Indonesiaku
Hidup dalam bangsaku
Hidup dalam negaraku
Hidup damai dalam konsistensimu.