Mohon tunggu...
Daffa Abimanyu
Daffa Abimanyu Mohon Tunggu... Sejarawan - Fresh graduate of History

Nature conservation enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menumbuhkan Kesadaran Masyarakat: Modal bagi Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati

25 Agustus 2024   23:49 Diperbarui: 25 Agustus 2024   23:55 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia diperlukan adanya basis hukum yang kuat, terutama dalam hal pengimplementasiannya. Hal ini diungkapkan oleh Samedi, Direktur Program Kehutanan Yayasan KEHATI, dalam acara Forum Bumi pada 8 Agustus 2024:


"(Untuk menjaga keanekaragaman hayati) perlu peraturan perundang-undangan yang efektif, serta penegakan hukum yang efektif pula."


Selain itu, menyamakan persepsi antara pemerintah dan masyarakat sekitar area pelestarian/konservasi juga menjadi penting untuk mencegah konflik dan mendukung suksesnya upaya-upaya konservasi oleh pemerintah.


"Program-program konservasi pemerintah selama ini menakutkan bagi masyarakat adat karena wajahnya yang berupa penggusuran, pembatasan, dan pelarangan", kata Annas Radin Syarif, Deputi Sekjen AMAN urusan Ekonomi dan Dukungan Komunitas dalam acara Forum Bumi yang sama.


Potensi aktor yang jumlahnya paling banyak, namun barangkali pada saat ini perannya malah paling tidak signifikan, adalah penduduk sipil. Menumbuhkan kesadaran penduduk sipil tentang betapa pentingnya kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia, dan kondisinya yang kini sedang terancam, adalah salah satu hal utama yang dapat menyukseskan gerakan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.


Hal ini diserukan oleh Augy Syahailatua, peneliti Pusat Riset Oceanografi BRIN, dalam acara Forum Bumi:


"Kendala (atau tugas) kita adalah bagaimana kita bisa mengedukasi masyarakat yang jumlahnya terus bertambah ini untuk memahami keanekaragaman hayati Indonesia".


Dalam sejarah gerakan konservasi di Indonesia, minimnya kesadaran penduduk memiliki peran bagi kegagalan upaya konservasi salah satu hewan ikonik pada masanya: harimau Jawa.


Sebelum punah di tempatnya yang terakhir di Taman Nasional Meru Betiri di Jember pada 1980an, belum banyak masyarakat yang memahami kondisi harimau Jawa yang terancam.


Penduduk, terutama yang hidup di sekitar hutan, sulit membedakan antara harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dan macan tutul (Panthera pardus melas) yang dalam sebutan lokal sama-sama disebut macan. Mereka yang kadang masih menjumpai macan tutul di hutan-hutan, akhirnya menganggap bahwa harimau Jawa masih lestari. Ini menunjukkan pentingnya pengetahuan dan kesadaran tentang keanekaragaman hayati.


Dengan demikian, perlu adanya pengarusutamaan isu-isu keanekaragaman hayati Indonesia di masyarakat. Dengan meluasnya kesadaran, diharapkan kerja-kerja pelestarian keanekaragaman hayati dapat menjadi lebih efektif karena adanya dukungan yang luas dari masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun