Skizofrenia adalah gangguan psikiatri kronis yang memengaruhi cara seseorang memahami realitas, sering kali melibatkan halusinasi, delusi, dan gangguan emosi. Kondisi ini mengganggu cara kerja otak, mengganggu berbagai hal seperti pikiran, ingatan, indra, dan perilaku. Akibatnya, dapat mengalami kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Skizofrenia yang tidak diobati sering kali mengganggu hubungan (profesional, sosial, romantis, dan lainnya). Kondisi ini juga dapat menyebabkan kesulitan mengatur pikiran, dan berperilaku dengan cara yang berisiko mengalami cedera atau penyakit lainnya. Topik skizofrenia relevan dan penting untuk dibahas di era sekarang. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan mental semakin meningkat, namun skizofrenia masih sering disalahpahami. Akses ke informasi melalui media sosial seringkali menyebabkan kesalahpahaman terkait gangguan mental kompleks seperti skizofrenia. Ditambah dengan adanya tren self-diagnose di internet berisiko menyepelekan atau salah memahami skizofrenia. Topik ini tidak hanya penting untuk mendobrak stigma, tetapi juga untuk memberikan kesadaran bahwa skizofrenia adalah gangguan yang dapat dikelola dengan pengobatan yang tepat dan dukungan yang memadai. Tujuan penulisan artikel ini untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang apa itu skizofrenia dan mengurangi stigma negatif yang masih melekat pada penderita skizofrenia di masyarakat serta mengajak generasi muda untuk lebih terbuka terhadap isu kesehatan mental.
Gambaran umum Skizofrenia adalah gangguan psikiatri kronis yang memengaruhi cara seseorang memahami realitas, sering kali melibatkan halusinasi, delusi, dan gangguan emosi. Biasanya orang dengan skizofrenia mengalami psikosis gejala kognitif, ia mengalami realitas secara berbeda dari orang-orang di sekitarnya, gejala ini dapat menakutkan bagi sebagian orang. Psikosis dapat mengambil bentuk halusinasi sensasi fisik yang sebenarnya tidak ada mereka mungkin juga memi;iki delusi yang merupakan keyakinan salah dan tidak dapat diubah, orang dengan skizofrenia juga sering mengalami gejala negatif yang berbeda, seperti delusi  halusinasi dan perilaku katatonik yang tidak teratur dianggap sebagai gejala positif meskipun biasanya bukan hal yang baiik bagi sebagian orang psikosis dapat menjadi pengalaman yang menakutkan bagi mereka, sedangkan gejala negatif meliputi kurangnya ekspresi emosi, menarik diri dari interaksi sosial, dan hilangnya minat pada aktivitas yang biasanya menyenangkan. Untuk mengenali seseorang memiliki skizofrenia gejala-gejalanya harus terjadi setidaknya selama satu bulan. Skizofrenia berbeda untuk setiap orang gejalanya memiliki sejumlah kombinasi gejala yang berbeda yang dapat memengaruhi orang tersebut dengan cara yang negative san positif. Dalam konteks ini, mengacu pada jenis gejala biasanya gejala negatif ditunjukan dari kurangnya sesuatu seperti ekspresi emosional gejala positif adalah penambahannya seperti psikosis.
Psikosis adalah salah satu gejala utama yang sering muncul pada skizofrenia dan menggambarkan kondisi di mana seseorang kehilangan kontak dengan realitas. Ketika mengalami psikosis, seseorang mungkin melihat, mendengar, atau merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak ada (halusinasi). Selain itu, mereka juga bisa memiliki keyakinan yang tidak masuk akal dan sulit dipahami oleh orang lain (delusi). Gejala ini biasanya paling jelas terlihat saat seseorang mengalami episode psikotik. Pada fase ini, gejala skizofrenia akan menjadi sangat intens dan terlihat nyata. Namun, proses menuju episode psikotik seringkali tidak terjadi secara tiba-tiba. Gejalanya dapat muncul secara perlahan dan bertahap, dimulai dengan perubahan kecil dalam pola pikir, perilaku, atau emosi sebelum akhirnya berkembang menjadi episode yang lebih parah.
Meskipun seseorang dengan skizofrenia dapat pulih dari episode psikotik, beberapa gejala mungkin tetap bertahan. Mereka mungkin masih menunjukkan keyakinan yang tidak biasa atau perilaku yang tampak aneh meskipun dalam intensitas yang lebih ringan. Proses pemulihan dari psikosis memerlukan waktu, dukungan dari keluarga dan lingkungan, serta penanganan profesional melalui terapi dan pengobatan yang konsisten. Memahami psikosis sebagai bagian dari skizofrenia sangat penting untuk mengurangi stigma dan memberikan dukungan yang tepat kepada mereka yang mengalaminya. Kesadaran akan tanda-tanda awal episode psikotik juga membantu dalam intervensi dini, yang dapat meningkatkan efektivitas pengobatan dan kualitas hidup penderita.
Menurut Medical News Today, halusinasi bisa muncul dalam berbagai bentuk dan memengaruhi semua indra, tetapi yang paling umum adalah mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi sering kali sulit dikenali karena bisa tampak sangat nyata dan intens. Beberapa halusinasi mungkin terlihat fantastis atau di luar logika, seperti melihat makhluk asing atau hantu. Dalam beberapa kasus, halusinasi tertentu bisa muncul berulang kali selama episode psikotik. Ada kalanya seseorang menyadari bahwa mereka sedang berhalusinasi, tetapi di waktu lain, halusinasi terasa begitu nyata sehingga sulit membedakannya dari kenyataan. Â Kabar baiknya, dengan pengobatan yang tepat, seperti terapi dan penggunaan obat antipsikotik, tingkat keparahan halusinasi bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.
Delusi adalah keyakinan kuat yang bertentangan dengan kenyataan dan tidak sesuai dengan pandangan umum orang di sekitar. Keyakinan ini sering kali terasa aneh dan kadang bersifat paranoid. Ada beberapa jenis delusi, salah satunya adalah delusi penganiayaan, di mana seseorang merasa ada orang lain yang ingin menyakiti atau menjatuhkan mereka. Ada juga delusi somatik, di mana seseorang percaya memiliki penyakit tertentu meskipun pemeriksaan medis menunjukkan sebaliknya. Proses berpikir yang digunakan untuk mencapai kesimpulan dalam delusi sering kali tampak tidak masuk akal bagi orang lain. Namun, keyakinan ini sangat kuat dan sulit diubah, bahkan dengan bukti yang jelas. Misalnya, seseorang dengan delusi somatik mungkin tetap yakin bahwa mereka terinfeksi parasit meskipun dokter mengatakan sebaliknya. Bagi orang yang mengalami delusi, keyakinan ini terasa sejelas dan senyata pengalaman kita dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang membuat delusi menjadi salah satu gejala yang paling menantang dalam skizofrenia.
Skizofrenia sering disalahartikan sebagai Gangguan Identitas Disosiatif (DID) dan dihubungkan dengan kekerasan. Faktanya, penderita skizofrenia lebih mungkin menjadi korban kekerasan daripada pelaku. Meskipun tidak dapat disembuhkan, skizofrenia dapat dikendalikan dengan obat antipsikotik dan psikoterapi. Dalam kondisi parah, rawat inap mungkin diperlukan untuk menstabilkan kondisi pasien. Dengan pengobatan dan dukungan yang tepat, penderita skizofrenia, seperti matematikawan John Forbes Nash, dapat hidup dengan sukses dan bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H