Mohon tunggu...
Ikhlash Hasan
Ikhlash Hasan Mohon Tunggu... lainnya -

Dare to dream

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Terbuka Buat Pak Jokowi

15 Juni 2014   00:59 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:43 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Langsung saja tanpa basa basi saya ingin sedikit mengeluarkan unek-unek saya pribadi selama beberapa waktu belakangan melihat sepak terjang capres kita Pak Jokowi, baik diasat beliau aktif menjabat sebagai gubernur hingga hari ini cuti dan ikut nyapres pada pilpres kali ini.

Yang terhormat Bapak Jokowi

Semoga bapak dalam keadaan sehat, saya adalah warga indonesia yang pada pilpres kali ini sangat antusias melihat perkembangan dinamika politik di tanah air. Saya tahu bapak adalah capres yang banyak dielu-elukan bahkan disebut-sebut langkahnya akan mulus menuju RI 1 apalagi dengan elektabilitas yang jauh diatas pesaing dari semua lembaga survei yang ada entah kalau lembaga survei tersebut abal-abal hingga posisi bapak bisa bergeser ke posisi nomor dua.

Kali ini saya tak ingin membahas soal elektabilitas pak, saya cuma mau sedikit ngobrol dengan bapak melaui tulisan ini. Tadi siang saya sempat nonton acara kuis di televisi, penelfonnya dari jakarta dan langsung curhat sama hostnya "LAGI BANJIR". Ibu-ibu ini lagi banjir saja sempat-sempatnya ikutan kuis tapi bukan urusan saya mungkin saja banjirnya ngga tinggi jadi masih bisa banyak aktivitas di rumah.

Beberapa minggu lalu salah satu saudara saya mengikuti sebuah acara di Maroko sebelum berangkat dia sempat bikin status "Alhamdulillah selama 10 hari kedepan bakalan bebas macet". Saya cuma tersenyum saja membaca statusnya, saya yakin itu adalah ungkapan warga jakarta yang merindukan jalanan bebas lancar ngga pake macet berjam-jam.

Saya juga masih ingat ketika saya mengikuti seleksi di sebuah perusahaan di Jakarta. Kebetulan hari itu saya memilih naik APTB yang terintegrasi dengan Trans Jakarta, saya telat datang pak hingga akhirnya ngga jadi tes biasanya saya selalu naik kereta cuma berhubung tesnya di daerah grogol saya memilih naik bus. Tes dimulai jam 8 sayanya baru sampai lokasi baru jam 9 molor satu jam. Ya salah sendiri kenapa ngga berangkatnya pagian, mungkin itu semua orang akan bilang ke saya pak tapi waktu itu saya berangkat dari rumah itu jam setengah 5 lo pak dari cibinong. Kok saya jadi curhat disini udah tau Jakarta itu macet, mungkin saya berangkatnya jam 3 kali ya biar ngga kena macet tapi siangpun kondisinya tetap sama kok, macet juga padahal bukan jam berangkat kantor maupun pulang kantor. Lupakan saja curhatan saya yang satu ini pak, lagian saya ini bukan warga Jakarta hanya pendatang yang sekarang sudah kembali ke kampung halaman. Masih banyak hal lain yang diperlu perhatian di jakarta ketimbang saya yang orang asing.

Ketika aktif menjabat sebagai gubernur jakarta, saya lihat banyak program-program yang bapak canangkan untuk menanggulangi banjir dan kemacetan yang parah. Untuk banjir bapak aktif menggerakkan pengerukan sungai serta waduk  dan pembuatan lubang biopori sedangkan untuk kemacetan saya tidak mau berbicara banyak karena menurut saya belum ada gebrakan selama bapak menjabat. Saya bukan hendak menyalahkan bapak karena jakarta masih saja banjir dan macet, ya wajar saja bapak kan belum genap dua tahun menjabat lagian bukan hal mudah mengatasi banjir dan kemacetan apabila melihat banyaknya warga yang kurang disiplin sehingga aturan yang dibuat hanya untuk dilanggar. Tapi sekarang tanggung jawab itu sudah beralih ke pak Ahok jadi bapak bisa fokus untuk nyapres saja, biarkan Jakarta di tangan pak Ahok dulu.

Saya sempat mengikuti beberapa segmen debat capres seminggu yang lalu pak, saya tidak menyangka bapak yang diragukan banyak orang ketika debat tampil dengan penuh percaya diri. Saya akui bapak cukup sukses menarik hati masyarakat di debat capres perdana kemaren, cuma pak saya ingin sedikit mengajukan protes terkait debat capres kemaren, bukan masalah kertas yang nongol itu ya pak melainkan hal-hal yang keluar dari mulut bapak. Kalau saya perhatikan pada debat capres kemaren itu kok saya seperti melihat debat cagubnya DKI ya pak, sederhana saja alasannya bapak selalu mencontohkan Jakarta sebut saja lurah susan serta beberapa program-program lainnya selama bapak memimpin jakarta. Saya jadi mikir ini untuk Indonesia bukan Jakarta saja, banyak loh pak daerah terisolir di Indonesia yang saya yakin bapak pasti lebih tahu dari saya, daerah yang sangat minim tersentuh pembangunan. Saya tahu pada debat capres kemaren itu bapak mencoba mencontohkan langsung, karena bapak sudah sangat berpengalaman sebagai kepala daerah tapi akan lebih baik mencakup semua masyarakat indonesia bukan hanya jakarta kalau bapak hanya fokus ke jakarta saya takut nantinya apabila bapak memang terpilih malah jadi pilih kasih.

Itu saja pak, sedikit unek-unek saya untuk bapak. Saya bukannya tidak suka dengan bapak apalagi benci karena saya sendiri juga belum tentu lebih baik. Maksud saya disini cuma mengingatkan Indonesia itu bukan Jakarta saja serta saya menangkap dari gaya bapak berbicara terkesan menggampangkan semua masalah yang ada di negeri ini, padahal pada kenyataannya di lapangan bapak bisa lihat sendiri menyelesaikan masalah tak segampang mengeluarkan kata-kata.

Terakhir saya mau mengucapkan terima kasih sekaligus permohonan maaf apabila tulisan saya ini telah menyinggung berbagai pihak terutama bapak.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun