Mohon tunggu...
Ikhlash Hasan
Ikhlash Hasan Mohon Tunggu... lainnya -

Dare to dream

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berbagai Alasan Mahasiswa Hanya Sekedar Ngampus

3 Juli 2014   19:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:38 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik sekali membaca sebuah artikel HL pagi ini di kompasiana, artikel yang dibuat oleh seorang dosen yang mengamati serta mencermati fenomena mahasiswa yang kebanyakan suka menyepelekan segala hal yang berhubungan dengan akademik di kampus. Saya cukup terhenyak, bagaimana tidak karena hal-hal yang ditulis pada artikel tersebut saya alami sendiri ketika mengenyam pendidikan S1. Bisa dibilang isi artikel tersebut sangat saya sekali, kecuali satu hal Alhamdulillah saya bukan mahasiswa yang salah mengambil jurusan sehingga berujung pada mandeknya studi.

Saya masih ingat sekali saat seringkali mengambil jatah absen dengan alasan yang sederhana tak suka dengan dosen yang mengajar maupun mata kuliah yang diajarkan. Biasanya saya dengan mudahnya melakukan hal itu dan seringkali juga berbuat curang dengan menitip absen dan ini tak pantas untuk ditiru. Kerugian besar jelas saya tanggung karena tak masuk kelas, terkadang saya melewatkan kuis dadakan yang diadakan dosen pengajar hingga berujung pada nilai akhir saya yang kurang memuaskan akibat kelalaian sendiri.

Tugas minggu ini bisa dikerjakan minggu depan begitulah slogan yang sepertinya saya pegang teguh, bukan hanya saya tapi hampir semuanya juga seperti itu termasuk mereka dengan IPK selangit. Terkadang dalam satu malam saya bisa mengerjakan 2-3 tugas dan itu semua bisa selesai menjelang dinihari. Sudah barang tentu tugas yang saya buat ala kadarnya saja mengingat waktu yang sangat mepet, setelah semalaman bergadang bisa dipastikan esoknya saya tidak lagi fresh mengikuti perkuliahan. Kesalahan terbesar saya yang harus saya akui adalah seringnya menyalahkan dosen atas kelalaian pribadi, andai tugas tidak ditumpuk tentu dikemudian hari tak menjadi beban. Tapi itulah saya waktu itu, maunya menyalahkan dosen tanpa sesekali mencoba mengoreksi diri,sering juga menggerutu dalam hati karena merasa sudah memberikan yang terbaik tapi malah dapat nilai yang sekedarnya dari dosen.

Selain ke kampus untuk sekedar mengisi absen atau kumpul-kumpul di kafe bareng teman, saya adalah mahasiswa yang sering berkunjung ke perpustakaan, eitss... jangan salah sangka dulu keseringan saya ketika kuliah ke perpus terkadang hanya numpang ke kamar mandi atau sekedar nongkrong ngga jelas dan memanfaatkan wifi gratis yang disediakan kampus. Mungkin itu hal-hal negatif selama saya menjadi mahasiswa, tapi pada akhirnya saya bisa menyelesaikan studi tepat waktu dan bisa dibilang salah satu lulusan tercepat dari program studi saya kuncinya ketika itu satu saja saya berusaha dengan keras dan tak suka membuang-buang waktu berbeda ketika kuliah di kelas.

Nah, pada artikel yang dibuat Mas Giri Lumakto itu jelas dari sudut pandang seorang dosen terhadap mahasiswanya. Saya mengakui hal tersebut benar adanya tapi supaya tak berat sebelah saya juga ingin menuliskan dari sudut pandang seorang mahasiswa. Alasan kenapa mahasiswa hanya sekedar ngampus dari sudut pandang mahasiswa.


  1. Salah mengambil jurusan, saya sangat setuju untuk hal ini kebanyakan mahasiswa yang salah mengambil jurusan akan ngampus sekedarnya karena menjalaninya dengan terpaksa sehingga akan berpengaruh besar pada kelancaran studi biasanya beberapa dari mereka yang salah mengambil jurusan akan mengambil inisiatif dari awal untuk pindah jurusan pada tahun berikutnya tapi lain kisah bagi mereka yang tetap melanjutkan bahkan bisa berujung drop out seperti kasus yang banyak saya temui di kampus.
  2. Fasilitas kampus, terutama bagi mereka yang kuliah pada universitas di daerah seperti yang saya alami sendiri. Meskipun kampus saya bisa dibilang adalah salah satu kampus terbaik tapi tetap saja ada hal-hal sepele tapi malah menjadi hal besar bagi mahasiswa. Pernah sekali waktu saya pratikum di labor yang banyak menggunakan zat-zat kimia, ketika itu pratikum saya berhubungan dengan penelitian kandungan zat-zat kimia pada tanah, untuk itu diperlukan proses pratikum selama beberapa hari. Setalah pratikum berakhir tapi malah berakhir mengecewakan hasil penelitian tak sesuai dengan semestinya. Lantas apa yang salah, ternyata asistan pratikum mengatakan tak masalah hasilnya tak sesuai maklum saja zat-zat kita gunakan untuk penunjang pratikum belum pernah diganti sejak akhir 90-an. Wow, gila aja dengan dana sekian banyak tapi untuk mengganti kebutuhan dan peralatan labor saja tak bisa. Saya berfikiran mungkin ini hanya terjadi di kampus saya entah dengan kampus lain.
  3. SCL tapi kuliah seperti seminar nasional, sejak awal masuk kampus saya baru mulai menganut sistem SCL (Student Centre Learing) dimana sistem ini bertujuan menuntut mahasiswa untuk aktif di kelas bukan lagi hanya mengandalkan dosen semata. Sebuah sistem yang bagus bukan sehingga mahasiswa terbiasa berusaha terlebih dahulu kemudian baru mengandalkan dosen. Tapi sistem ini tetap saja salah, khusus di kampus saya yang katanya menganut sistem tersebut sepertinya tak berjalan dengan baik. Kalau SCL itu harusnya setiap kelas hanya diisi oleh 10 - 15 mahasiswa saja tapi ini tidak kelas bisa diisi lebih dari 100 orang, masih efektifkah?. Jelas tidak, bukan lagi layaknya orang kuliah tapi saya seperti sedang menghadiri sebuah seminar nasional. Sebenarnya sistem ini dibiayai tapi sayang hanya khusus bagi mereka mahasiswa Pendidikan Dokter sehingga ada kesan menganak emaskan dan menganaktirikan kami yang bukan mahasiswa Pendidikan Dokter. Bukan hanya di kampus saya begitu juga dengan beberapa kampus lain yang juga menerapkan kuliah seperti seminar nasional dengan ratusan mahasiswa untuk satu kelas. Wajar saja kalau pada akhirnya banyak mahasiswa yang malas untuk masuk kelas.
  4. Mental copas, ini sudah menjadi hal biasa bagi mahasiswa. Dengan banyak akses untuk mengcopy paste sehingga mahasiswa menjadi manja dan tak lagi mau berusaha. Tak heran banyak mahasiswa terkesan santai, kalau bisa copas kenapa harus repot.
  5. Salah gaul, pergaulan menjadi salah satu penyebab kenapa akhirnya mahasiswa hanya sekedar ngampus. Kalau berteman dengan mereka yang mahsiswa rajin sudah tentu kita juga akan ikut tertular kerajinannya tapi lain halnya berteman dengan mereka mahasiswa yang menjadikan kampus sebagai rumah kesekian dan lebih banyak kegiatan di luar kampus yang kurang bermanfaat.

Itulah beberapa alasan menurut saya kenapa mahasiswa hanya sekedar ngampus. Untuk kasus yang saya alami selama di kampus semoga mereka yang mengenyam pendidikan di kampus lain tak mengalami hal serupa. Pada dasarnya seberapa lengkap pun fasilitas dan sistem yang dibangun kampus tetap tak akan berarti apa-apa kalau mahasiswanya tak mampu memanfaatkannya dengan baik. Begitu juga sebaliknya meski fasilitas kampus minim dan sistemnya juga kurang bagus tapi dengan diisi oleh orang-orang yang mau maju pasti kendala apapun tak akan menjadi batu sandungan.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun