Barusan lihat berita yang cukup mengejutkan akhirnya Golkar berkoalisi dengan PDIP dengan mengusung Jusuf Kalla sebagai Calon Wakil Presidennya Jokowi. Keputusan besar telah diambil seorang Abu Rizal Bakri dan partai Golkar, ARB mengubur impiannya yang selama ini selalu digadang-gadang oleh dirinya untuk menjadi presiden. Sungguh keputusan yang dilematis, ARB dengan gagah berani mengubur impiannya menjadi Presiden. Wajar apabila pada akhirnya ARB rela mengubur impiannya itu, karena kalau dipaksakan tetap nyapres sudah bisa dipastikan ARB hanya akan jadi peramai pemilihan presiden 9 Juli mendatang. Langkah mengusung JK sebagai cawapresnya Jokowi adalah langkah paling tepat yang diambil Golkar saat ini, mengingat Golkar tidak punya kandidat capres yang bisa diusung dan mampu menyaingi Jokowi dan Prabowo.
Golkar merapat ke PDIP, bagaimana dengan nasib Gerindra yang sebelumnya sempat terlihat akrab tapi kemudian tidak terdengar lagi gaungnya. Sepertinya Golkar tidak menemukan kecocokan dengan Gerindra sehingga akhirnya memilih PDIP sebagai teman koalisi. Dengan bergabungnya PDIP, Golkar, Nasdem, dan PKB menjadikan koalisi yang besar dengan total suara semua partai hampir 50%.
Kalau Jokowi sudah pasti melangkah jadi calon presiden, bagaimana dengan pesaing terberatnya, yaitu Prabowo. Sejauh ini baru PPP yang resmi mendukung Prabowo sebagai Calon Presiden sedangkan PAN sepertinya juga akan meresmikan hubungan dengan Gerindra apalagi Hatta resmi mengundurkan diri sebagai Mentri koordinator Bidang Perekonomian. Dengan bergabungnya Gerindra, PPP dan PAN sudah cukup untuk mengusung Prabowo sebagai calon Presiden dan cawapresnya kemungkinan besar adalah Hatta Rajasa. Jokowi sudah punya tiket begitupun dengan Prabowo sudah bisa dipastikan beliau juga punya tiket aman untuk pencapresan.
Tinggal 3 partai yang belum menentukan langkahnya Demokrat, PKS dan Hanura. Demokrat yang beberapa hari belakngan ini gencar merayu PDIP tapi sampai sekarang belum jelas langkah apa yang akan diambil Pak SBY. Apabila Demokrat bergabung dengan PDIP maka inilah yang disebut koalisi Tenda Besar. PKS juga sepertinya bingung memilih teman koalisi siapa, mau merapat ke Prabowo mereka tidak bisa mengusung capres karena Hatta Rajasa sudah mengambil langkah prestisius dengan mengundurkan diri dari jabatan mentri, mau merapat ke PDIP juga rasanya PKS tidak memungkinkan. Terakhir ada Hanura, paling mendekati kemungkinan besar Hanura akan ikut bergabung dengan PDIP karena bergabung dengan Gerindra sepertinya adalah hal yang cukup mustahil melihat hubungan Prabowo dan Wiranto tidak cukup baik.
Sampai hari ini sepertinya baru ada dua calon capres dan cawapres yang bakal bersaing Prabowo - Hatta dan Jokowi - JK. Sebenarnya saya pribadi sangat mengharapkan ada satu capres dan cawapres lagi, itu kalau Demokrat, PKS dan Hanura bikin poros baru tapi rasanya itu juga mustahil. Tinggal tiga partai yang belum menentukan langkah, berkoalisi atau oposisi atau bikin poros baru juga boleh meski mustahil tapi dalam politik sepertinya tidak ada yang mustahil.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H