kutulis sajak ini
sembari menyesap sisa kopi pagi tadi
dengan bibir cangkir yang dingin dan anyir
seperti suatu masa yang tak ingin kukenang
namun masih menyisakan getir
kutulis sajak ini
di hari sabtu yang kelabu
yang mengingatkanku pada sabtu yang lain
sabtu yang nyaris seperti hari ini
dingin, sepi, dan kosong
kutulis sajak ini
dan siang masih begitu sunyi
dengan aroma gerimis yang jatuh
menimpa tanah dan pepohonan
menimpa mimpi-mimpi yang runtuh
di dada nasib yang malang
kutulis sajak ini
bersama doa yang kugenggam
bahwa dengan atau tanpa duka
kuharap di suatu hari yang lain
hari-hari yang mendatang dan nanti
aku bisa tertawa dengan benar
dan menangis dengan jujur
hingga kelak jejak-jejakku terhapus mati
dan benar-benar mengakhiri tulisan ini
Satui, 08 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H