: untuk Ayah dan Bunda Tjiptadinata
Bila bicara tentang perjalanan akan membuatmu mengingat sebuah kepulangan. Aku ingin diingat sebagai  singgah dari setiap lelah, bangkit dari setiap rasa sakit, dan sebias cahaya dari setiap sudut gelap di malam-malam yang terluka. Meski kutahu kau akan selalu bertahan, karena di hatimu ada banyak harapan yang kau dekap untuk melintasi beragam lika-liku perjalanan.
Bila bicara tentang kebahagian akan membuatmu luput dari kesedihan. Aku ingin menjadi sebuah sebab dari banyak senyum yang kau lontarkan. Gigi-gigi yang mulai rapuh, mengunyah beragam kerikil kehidupan. Sedang kau tetap mencoba menjadi utuh dan menolak untuk menua. Meski beberapa lelah kerap memaksamu sejenak untuk singgah, tapi semangatmu tak pernah patah atau pun menyerah.
Bila bicara tentang kenangan akan membuatmu awet muda. Aku ingin terus mengenangmu sebagai sepucuk ingatan yang tak pernah kulupa. Kaki-kaki yang ripuh, memapah kata-kata, berjalan melintasi waktu-waktu yang renta. Sedang kau tetap mengenang dan menolak untuk melupa. Meski banyak air mata yang jatuh, ketika kau mengingat yang hilang atau yang sengaja memilih untuk dilupakan.
Â
Bila bicara tentang dirimu. Aku selalu ingin menjadi bagian dari hidupmu. Membangun kehangatan, berbagi luka dan bahagia. Hingga sampai pada senyummu yang terakhir ketika kau menutup usia.
Angsana, 10 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H