di bawah sisa-sisa retakan rembulan yang
bertengger di reranting pohon randu
kita menyalakan malam yang dingin
mengaransemen lagu-lagu rindu
dengan tarian-tarian purba yang
dipersembahkan untuk sebuah temu
kita bergelayut pada bibir yang mengelugut
mengulum senyum dan
membaca sajak-sajak yang
sejak lama ditempa
di malam-malam yang ranum
pada api unggun dadamu
aku menemukan degup paling mesra
ada instrumen yang menghanyutkan
layaknya sebuah orkestra yang
dimainkan oleh sekelompok bunga-bunga
tapi itu tak berlangsung lama
pagi datang terlalu dini
dan kau pergi
setelah matahari menetapkanmu
hanya sebagai mimpi
Angsana, 07 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H