Mohon tunggu...
Julak Ikhlas
Julak Ikhlas Mohon Tunggu... Guru - Peminat Sejarah dan Fiksi

Julak Anum - Menulis adalah katarsis dari segenap sunyi. IG: https://www.instagram.com/ikhlas017 | FB: https://web.facebook.com/ikhlas.elqasr | Youtube: https://www.youtube.com/c/ikhlaselqasr

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Masa Pancaroba

10 September 2019   10:10 Diperbarui: 11 September 2019   02:09 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (Erol Ayyldz - @kulturtava)

Ada sejengkal kasih yang belum terbaca oleh cuaca. Di antara kabut kerinduan, potretnya mengebiri lantunan angin. Dengan sengaja, senyuman itu diraih oleh pagi. 

Gersang tetap gersang, hati itu kembali ke masa pancaroba. Di mana spektrum kenangan berkelebat menyiksa. Memainkan embun bening menjelma anak sungai. Turun, turunlah hingga ke rongga terdalam, palung jiwa yang di setiap sudutnya terpahat diorama cinta.

Tak bisa dipungkiri. Kita sudah sama-sama lelah, karena telah menggembala anak-anak rindu sejak berbulan-bulan lalu. Bergelayut, menimang harap yang digantung dalam pendulum waktu. Namun, menyianyiakan deraian hanya tersepai dalam kehampaan adalah kelemahan.

Kita adalah sepasang mimpi yang nyeyak di hamparan malam. Di mana tak ada sungkan untuk menyapa ulasan demi ulasan. Tentang seranting harap yang diam-diam kita dekap. Tentang sebias angan yang malu-malu kita telan. Juga tentang berseminya doa-doa yang kita semai di lelangit malam.

Kita, kau dan aku adalah kita yang belum terbasuh oleh nyata. Namun, malam tak pernah bosan untuk menelan partikel dari doa-doa. Semoga raudah cinta itu benar-benar ada untuk kita singgahi. Sebagai akhir dari masa pancaroba yang telah kita lewati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun