Mohon tunggu...
Julak Ikhlas
Julak Ikhlas Mohon Tunggu... Guru - Peminat Sejarah dan Fiksi

Julak Anum - Menulis adalah katarsis dari segenap sunyi. IG: https://www.instagram.com/ikhlas017 | FB: https://web.facebook.com/ikhlas.elqasr | Youtube: https://www.youtube.com/c/ikhlaselqasr

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Perajut Mimpi

8 September 2019   16:37 Diperbarui: 8 September 2019   16:39 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Terlalu petang untuk merajut mimpi-mimpi. Bahkan kantuk pun belum dititahkan oleh matahari. Seorang perempuan terlihat sangat kelelahan. Setelah seharian menggembala anak-anak rindu dan menimang asa yang digantungkan di ujung jarum pendulum waktu.

Meski lelah kian mendera, perempuan itu tak hendak menyerah kalah. Ia masih tegap melangkah. Memapah basah air mata yang terbit di terik renjana. Lalu, air mata itu dijadikannya tinta untuk melukis seulas kenangan di atas kanvas senja yang tak lagi merah merona.

Saat senja benar-benar tenggelam dalam hening. Perempuan itu gegas memunguti jejak-jejak resah yang kian geming. Membawa pulang segala gundah. Merebahkannya di sehamparan pengaduan. Tempat di mana menanak air mata menjadi doa. Merajut mimpi menjadi nyata. Tempat segala harap ia dekap, segala luka ia sekap. Dan segala rasa ia bisikkan kepada Tuhannya.

Angsana, 08 September 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun