Mohon tunggu...
Julak Ikhlas
Julak Ikhlas Mohon Tunggu... Guru - Peminat Sejarah dan Fiksi

Julak Anum - Menulis adalah katarsis dari segenap sunyi. IG: https://www.instagram.com/ikhlas017 | FB: https://web.facebook.com/ikhlas.elqasr | Youtube: https://www.youtube.com/c/ikhlaselqasr

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ratu Zaleha, Kartini dari Tanah Banjar

21 April 2019   11:32 Diperbarui: 21 April 2019   12:30 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat hidup dalam pelarian Ratu Zaleha tetap istiqamah dalam mengemban amanah untuk meneruskan perjuangan ayah dan kakeknya sesuai prinsip: "haram manyarah waja sampai ka puting" yang maknanya adalah pantang menyerah dan berjuang sampai titik darah penghabisan. Di masa mendatang, prinsip ini masih terus diwariskan hingga sekarang untuk membakar semangat generasi muda dalam berjuang demi apapun.

Sebelum tewas, ayahandanya, Sultan Muhammad Seman telah pula menyerahkan kepadanya cincin Kesultanan Banjar, yang itu berarti Zaleha berkedudukan sebagai Ratu. Sebelumnya ia sering dipanggil Putri Zaleha atau Gusti Zaleha maka selanjutnya ia berhak disebut Ratu Zaleha.

Perang Banjar yang dimulai dengan penyerangan terhadap benteng dan pertambangan batu bara Orenje Nassau di Pengaron Banjar tahun 1859, mulai menunjukkan tanda-tanda berakhir menjelang tahun 1905. Suami Ratu Zaleha tertangkap dan menyerah kepada Belanda. 

Ratu Zaleha lalu berlanjut berjuang seorang diri. Bujukan menyerah dari Belanda pun tak mampu meluluhkan hati Ratu Zaleha. Namun, karena kesehatannya memburuk, Belanda menangkapnya dengan mudah pada 1906.

Kemudian suami-istri tersebut diasingkan ke Bogor. Masa pengasingan tersebut dijalani Ratu Zaleha bersama dengan sang ibu, Nyai Salamah. Keluarga Ratu Zaleha terkenal dengan keberaniannya melawan Belanda. Belanda pun menjulukinya dengan kelompok Pagustian yang berbahaya di Kalimantan Selatan dan Tengah. 

Seluruh tujuh anggota keluarganya turut diasingkan. Selama 31 tahun Ratu Zaleha bersama keluarganya di pengasingan. Mereka kemudian diizinkan kembali ke Banjarmasin, 1937. Ia meninggal pada 23 September 1953, dimakamkan di kompleks makam raja-raja Banjar di Banjarmasin. Namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit umum di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan

Walaupun Ratu Zaleha telah tiada, tetapi harum namanya tak pernah sirna di hati rakyat Kalimantan. Semoga di negeri kita yang tercinta ini, akan terus lahir  generasi wanita tangguh seperti Ratu Zaleha, Kartininya Tanah Banjar yang menjadi simbol emansipasi wanita Banjar.

Selamat hari kartini untuk wanita-wanita tangguh negeri ini.

Daftar Rujukan:

Ahmad Barjie. 2015. Perang Banjar Barito 1859-1906. Banjarmasin: Pustaka Agung Kesultanan Banjar.

id.wikipedia.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun