Mohon tunggu...
Julak Ikhlas
Julak Ikhlas Mohon Tunggu... Guru - Peminat Sejarah dan Fiksi

Julak Anum - Menulis adalah katarsis dari segenap sunyi. IG: https://www.instagram.com/ikhlas017 | FB: https://web.facebook.com/ikhlas.elqasr | Youtube: https://www.youtube.com/c/ikhlaselqasr

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ratu Zaleha, Kartini dari Tanah Banjar

21 April 2019   11:32 Diperbarui: 21 April 2019   12:30 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalimantan Selatan mempunyai seorang wanita tangguh yang sebagian orang tak banyak yang tahu kisah perjuangannya untuk melawan penjajah di Tanah Banjar bumi Lambung Mangkurat yaitu Ratu Zaleha. 

Beliau adalah puteri dari Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari yang gigih berjuang mengusir Belanda dalam Perang Banjar melanjutkan perjuangan kakeknya yaitu Pangeran Antasari yang merupakan Tokoh Pahlawan Nasional, bisa kita lihat fotonya di pecahan uang kertas Rp. 2000 Tahun Emisi 2016.

Ratu Zaleha lahir di Muara Lawung pada tahun 1880 dengan nama lahir Gusti Zaleha. Ia adalah seorang anak bangsawan, tapi seorang Ratu Zaleha sayang sekali nasib beliau tidak mujur. Kesenangan hidup dan kemewahan di istana sebagaimana umumnya anak bangsawan tidak dirasakan olehnya. 

Sejak kecil sudah merasakan hidup dalam pahit getirnya perjuangan menentang penjajah. Ia ikut ayahnya (Muhammad Seman) berperang dalam gerilya ke sana ke mari.

Ratu Zaleha menikah dengan Gusti Muhammad Arsyad. Mereka berdua berjuang bersama ayah Ratu Zaleha serta wanita-wanita suku Dayak yang sudah memeluk Islam seperti Bulan Jihad atau Wulan Djihad, Illen Masidah dan lain-lain.

Ratu Zaleha dapat menghimpun kekuatan dari suku-suku Dayak Dusun, Kenyah, Ngaju, Kayan, Siang dan Bakumpai. Suku Banjar bersama seorang wanita pemuka Dayak Kenyah bernama Bulan Jihad seorang perempuan yang sangat pemberani yang selalu bahu-membahu di medan pertempuran.

Selama masa perjuangan fisik, Ratu Zaleha bersama Bulan Jihad yang masuk Islam. Tidak ketinggalan pula mereka memberikan pelajaran baca-tulis Arab Melayu dan ajaran agama Islam kepada anak-anak Banjar serta memberikan penyuluhan kepada perempuan-perempuan Banjar tentang peranan perempuan, ajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan.

Ketika Benteng Manawing jatuh pada tahun 1905, ayahnya Sultan Muhammad Seman gugur, Ratu Zaleha sempat mengamuk dan menewaskan sejumlah serdadu Belanda, tetapi ia tetap terdesak Ratu Zaleha terkepung pasukan Belanda. Hutan di sekitarnya dibakar oleh pasukan Belanda hingga menjadi lautan api. 

Di bawah desingan peluru dan kepungan api yang membakar, Gusti Zaleha keluar mempertahankan hidupnya yang terakhir. Rambutnya yang cukup panjang dan disanggul rapi telah putus diterjang peluru. Sedang lengannya yang kiri ditembus pula oleh peluru yang lain sehingga badannya bergelimang darah. 

Baju dan celana compang camping, darahnya mengalir membasahi tubuh, namun air matanya tak pernah jatuh setetes pun menyesali perjuangannya itu. Untuk sementara Ratu Zaleha dapat meloloskan diri dari kepungan maut peluru dan api yang dahsyat. Kemudian lari ke hutan mencari tempat persembunyian ke Lahei dan selanjutnya ke Mia di tepi Sungai Teweh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun