Duhai jiwa yang teduhnya mengalahkan rindangnya akasia. Yang pancaran auranya menyejukkan pandangan mata. Yang tenangnya setenang  air dalam telaga.
"Adakah pesonamu masih kau tujukan untukku?" tanyamu.
Sebilangan ranting sunyi yang meniti di kedalaman hati dan sejumlah batu resah yang telanjur basah. Demi apa kau tanya itu?Â
Adakah kau tahu?
Kaulah pesona itu
Wujud nyata, telaga pesona
Tempat tercurahnya air kagum dari segala indera perasa
Bila teduhmu masih berlaku, andai tangan itu masih lembut membelai inginku, kan kutambatkan selayar cinta ini di dermaga hatimu. Agar mantra cinta dalam secangkir kopi malam yang lampau itu, benar-benar  menjadi sekata nyata di dalam batu beraniku.
Duhai, jiwa teduhku
Mari aduk kembali kopi harap kita malam ini
Bersama rengkuh nikmat di tiap tegukan