Mohon tunggu...
Yoiko Tazkiya Ikfazhillah
Yoiko Tazkiya Ikfazhillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Akuntansi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gen Z Dari Lensa Milenial: Bagaimana Gen Z Meredifinisi Kesuksesan Kerja

8 Januari 2025   18:57 Diperbarui: 8 Januari 2025   18:57 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gen Z (Sumber: iStock)

Beberapa waktu lalu, saya menemukan sebuah cuitan menarik di Threads yang diunggah oleh akun @itse***94. Dalam cuitannya, ia berbagi pengalaman memimpin tim yang terdiri dari lima anggota Gen Z. Ceritanya penuh dengan pengamatan menarik---mulai dari keberanian Gen Z dalam menyampaikan pendapat, efisiensi kerja yang mereka tunjukkan, hingga gaya komunikasi yang sederhana namun to the point. Sebagai seorang milenial, @itse***94 merasa bahwa bekerja dengan Gen Z menghadirkan dinamika baru yang seru, sekaligus membuka mata tentang cara kerja yang berbeda dari generasinya.

Perspektif ini mencerminkan perubahan besar dalam lanskap lingkungan kerja modern. Survei Deloitte 2024 yang berjudul "Gen Z and Millennial Survey" menunjukkan bahwa generasi muda tidak hanya menuntut efisiensi, tetapi juga fleksibilitas, penghargaan, dan keseimbangan dalam bekerja. Artikel ini akan mengupas lebih jauh bagaimana kedua generasi tersebut membentuk wajah baru di dunia kerja.

Pada cuitannya, @itse***94 menyoroti karakteristik Gen Z yang berbeda dari generasi sebelumnya. Ia menggambarkan timnya sebagai orang-orang yang gesit, berani berbicara apa adanya, dan mengutamakan efisiensi kerja. Gaya komunikasi mereka yang sederhana dan lugas membuatnya merasa lebih mudah menjalin hubungan profesional. Bahkan, ia lebih memilih bekerja dengan Gen Z dibandingkan dengan rekan kerja yang lebih berpengalaman tetapi terjebak dalam pola yang kuno. Menurutnya, bekerja dengan Gen Z berarti menyelaraskan kecepatan, efisiensi, dan rasa saling menghormati. Namun, pendekatan ini sering kali dipandang skeptis oleh generasi yang lebih tua, yang masih mengukur dedikasi dari jam lembur dan loyalitas tanpa batas.

Pandangan ini sejalan dengan survei Deloitte 2024 yang mengungkapkan bahwa fleksibilitas bukan sekadar fasilitas tambahan bagi Gen Z, melainkan kebutuhan utama. Hampir dua pertiga Gen Z dalam survei menyatakan bahwa mereka lebih memilih pekerjaan yang memberi mereka keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Keberhasilan bagi mereka diukur dari hasil kerja yang nyata, bukan waktu yang dihabiskan di kantor.

Lebih lanjut, survei tersebut menunjukkan bahwa generasi muda kini lebih selektif dalam memilih tempat kerja. Sebanyak 75% Gen Z dan milenial mengatakan bahwa mereka mencari perusahaan dengan tujuan jelas di luar keuntungan finansial. Lingkungan kerja yang inklusif, nilai-nilai yang sejalan, serta kebijakan yang mendukung kesejahteraan mental menjadi faktor penting dalam keputusan mereka. Pendekatan humanis seperti yang diterapkan oleh @itse***94---memperlakukan bawahan sebagai individu yang setara dan menghormati batasan mereka---menjadi sangat relevan dalam dunia kerja saat ini.

Meski begitu, Generasi Z masih sering mendapat stigma sebagai "kurang gigih" atau "tidak loyal," terutama dari generasi yang lebih tua. Dalam cuitannya, @itse***94 menepis mitos tersebut dengan fakta bahwa timnya justru lebih produktif ketika diberikan ruang untuk bekerja secara efisien dan sesuai porsinya. Ketika mereka selesai dengan tugas lebih cepat, ia memberikan mereka hak untuk beristirahat, selama tidak melanggar aturan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menjaga kesehatan mental timnya, sebuah aspek yang sangat dihargai oleh generasi muda.

Untuk menjembatani kesenjangan antar-generasi di tempat kerja, dibutuhkan komunikasi terbuka dan solusi yang saling menguntungkan. Salah satu contohnya adalah program mentoring lintas generasi, di mana generasi yang lebih tua berbagi pengalaman dan pengetahuan, sementara generasi muda memperkenalkan cara kerja baru yang lebih relevan dengan zaman. Pendekatan ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif sekaligus inovatif.

Secara keseluruhan, perubahan dinamika di dunia kerja yang dibawa oleh Gen Z telah menciptakan paradigma baru dalam manajemen dan kolaborasi. Pengalaman @itse***94 bersama timnya, didukung oleh temuan Deloitte 2024, menunjukkan bahwa kesuksesan di tempat kerja modern tidak lagi diukur dari lamanya waktu kerja, melainkan dari efisiensi dan hasil yang dicapai. Dengan menghargai work-life balance, fleksibilitas, dan kesejahteraan mental, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif sekaligus sehat.

Pada akhirnya, keberagaman generasi di tempat kerja adalah aset, bukan hambatan. Dengan mengelola perbedaan secara bijak, setiap individu memiliki kesempatan untuk berkembang. Dunia kerja modern membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan teknis; ia menuntut pemahaman, adaptasi, dan empati antar-generasi. Inilah tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi oleh perusahaan untuk tetap relevan di era yang terus berubah.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun