Di dalam ajaran islam istilah pacaran islami tidak ada, akan tetapi dengan ketiadaan tersebut bukanlah melarang untuk pacaran, ajaran islam membolehkan untuk bermuamalah kecuali ada dalil yang melarangnya, sebagaimana dalam berpacaran, istilah pacaran menjadi sah-sah saja selama tidak menjurus terhadap hal-hal yang tidak di perbolehkan oleh syara’. Seperti halnya fenomena yang satu ini, mengenai realita kisah cinta pesantren di salah satu pondok pesantren mahasiswa Yogyakarta.
Fenomena pacaran tak hanya terdapat di dalam pergaulan umum nan bebas, akan tetapi di dalam lingkup pesantren terdapat istilah pacaran, tetapi yang membedakannya dalam segi pengamalan, realita yang kita lihat mengenai fenomena di luar sana lebih untuk mementingkan kesenangan, yaitu dengan pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, bersuka-suka mencapai yang di senangi, berbeda dengan realita yang ada di pesantren, kisah cinta didalam pesantren bukanlah untuk sementara dan bertujuan untuk bersenang-senang, melainkan untuk kehidupan masa depan, pacaran di dalam pesantren lebih menjurus untuk menjalin hubungan yang lebih serius, yang mana di antara si laki-laki dan si perempuan berusaha saling mengenal menjajaki kemungkinan untuk mejalin pernikahan dalam momentum hitbah melamar, realita inilah yang menjadi keunikan tersendiri dalam pesantren, sering kali pengasuh pondok menyatukan antara santri putri dan santri putra, yang mana istilah ini serimg kali disebut dengan istilah perjodohan.
Fenomena perjodohan ini tidaklah di lakukan terhadap semua santri yang bermukim di pondok, akan tetapi ada beberapa santri yang memang mendapat kepercayaan dari pengasuh untuk di jodohkan dengan santri putranya, biasanya santri yang di jodohkan oleh pengasuh adalah santri yang telah di kenal oleh pengasuh dan mempunyai peranan penting dalam membantu pondok serta pengabdiannya terhadap pondok.
Santri-santri yang telah di jodohkan oleh pengasuh dan mendapat restu orang tua, biasanya mendapat kesempatan tersendiri untuk di peremukan keduanya.ada sebagian santri yang telah memiliki hubungan dengan laki-laki lain yang bukan santri dari pondok tersebut, ada juga sebagian mereka yang memiliki hubungan dengan laki-laki yang berbeda pondok, inilah fenomena pacaran yang terdapat di salah satu pondok pesantren mahasisiwa Yogyakarta.
Kisah cinta yang unik, jarang betemu itulah realita yang di alami dalam kisah percintaan ala santri ini, akan tetapi itu semua tak menghalangi kebahagiaan bagi santri yang berpacaran, meski mereka jarang ketemu, bahkan dengan jarang ketemu itu lah merasa sangat bersyukur karena bisa menjaga dari nafsu-nafsu kecil yang selalu mengarunginya, dengan jarang bertemulah cara mereka untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang kurang berkenan, seperti yang di katakan salah satu santri pondok pesantren mahasiswa Yogyakarta,” saya lebih suka berpacaran seperti ini, walau saya jarang bertemu dengan pacar saya” ungkapnya.
Menurut beberapa santri, pertemuan dengan pacar bukanlah hal yang begitu penting bagi mereka, yang terpenting bagi mereka adalah kesetian di antara mereka berdua, sampai menjalani kehidupan berkeluarga dan bertanggung jawab kelak, karena indahnya suatu hubungan bukan dengan ketidakhalalan, dan bagi mereka bertemu sebelum adanya ikatan yang merupakan suatu hal yang kurang wajar, akan tetapi tak menutup kemungkinan untuk tidak bertemu, sesekali bertemu tidak menjadi penghalang asalkan bisa menjaga sikap-sikap yang kurang berkenan dalam syaria’t, fenomena inilah yang di katakana cinta ala pesantren, setiap orang pasti mempunyai perasaan suka entah itu di ungkapkan atau tidak, karena manusia terlahir mempunyai perasaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI