[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Masalah Kejiwaan | Kompasiana (Shutterstock)"][/caption] Siapa di sini suka nonton serial CSI ? Apa bagian yang paling Anda suka dari serial TV tentang anggota kepolisian bagian olah TKP ini ? Bagi saya, saya paling suka bagian pembukaan. Entah apa namanya, pembukaan, prolog, introduction, scene 1, pokoknya yang paling awal. Biasanya di awal, digambarkan ada orang -bisa sendirian, bisa pasangan, bisa sekelompok- yang sedang asyik jalan-jalan, lalu tiba-tiba menemukan jenazah. Atau penggambaran si korban sendiri, yang sedang menjalani kehidupannya lalu tiba-tiba terbunuh. Entah kenapa, bagian ini justru yang tidak pernah terlewatkan untuk saya tonton. Mungkin karena bervariasi tiap episode, sedangkan proses penyelidikan selalu sama, dan setelah mengikuti 14 season CSI Vegas, 10 season CSI New York, dan 8 season CSI Miami, proses yang selalu sama tidak lagi menarik. Bagian awal yang saya gambarkan di atas, bisa jadi kehidupan kita saat ini. Maksudnya, semua berjalan lancar, lalu tiba-tiba sesuatu yang buruk terjadi. Sakit penyakit, gagal bisnis, relasi yang gagal, bencana alam, atau sekedar wifi mati. Sesuatu yang buruk bisa terjadi tiba-tiba. Betul. Ini menimbulkan gangguan kecemasan pada sebagian orang. Cemas, takut, stress dalam kadar kecil sebenarnya bermanfaat untuk memotivasi. Misal: karena takut sakit, saya jadi menjaga pola makan dan rajin berolah raga. Stress yang bermanfaat dikenal dengan sebutan Eustress. Namun bila hadir dalam kadar berlebihan, merugikan bahkan melumpuhkan, disebut Distress. Misal: karena takut sakit, saya takut keluar rumah sama sekali, takut bersentuhan dengan orang lain. Gangguan kecemasan biasanya terkait dengan dua pola pikir utama. Pertama, pola pikir bahwa sesuatu yang buruk pasti terjadi. Lalu, pola pikir kedua adalah, bila sesuatu yang buruk itu terjadi, saya tidak akan sanggup menghadapinya. Keduanya adalah pola pikir yang bersifat distorsi, alias negatif yang tidak disertai fakta. Membuat orang merasa tidak berdaya dan lumpuh. Perhatikan kata "pasti terjadi" dan "tidak akan sanggup". Sangat disarankan untuk menantang pikiran-pikiran seperti ini bila menghinggapi Anda. Misal: Anda takut sakit. Tantang diri sendiri dengan pertanyaan: Memangnya kenapa kalau saya sakit? Saya tidak akan bisa ke kantor . Memangnya kenapa kalau tidak bisa ke kantor? Pekerjaan akan berantakan. Bos akan memecat saya. Apa betul bos akan langsung memecatmu jika kamu sakit 3 hari? Kemungkinannya kecil sih, tapi bisa jadi. Kalaupun betul, apa yang akan terjadi? Saya akan kehilangan pekerjaan, dan harus mencari pekerjaan lagi. Kalau kamu harus mencari pekerjaan, apa yang akan terjadi? Saya harus melamar ke kiri-kanan, mengikuti wawancara lagi. Dengan kualifikasimu, kamu akan bisa mendapat pekerjaan baru kan.......begitu seterusnya sampai Anda menemukan bahwa sebenarnya tidak ada yang perlu Anda kuatirkan. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan memang ada hal-hal di luar kendali kita, termasuk hal buruk yang bisa terjadi tiba-tiba. Dalam situasi seperti ini, alangkah baiknya bila Anda memiliki landasan spiritual tempat Anda berpijak. Beberapa agama mengajarkan adanya Pribadi, yaitu Tuhan Yang Maha Pengasih, tempat kita berlindung. Ada juga yang mengajarkan bahwa segala kesulitan tidak akan pernah melebihi kekuatan kita. Kalaupun ada cobaan, akan tersedia jalan keluar. Terakhir, selalu ingat juga, yang bisa tiba-tiba terjadi, bukan hanya hal buruk.Hal-hal baik juga bisa terjadi tiba-tiba dalam hidup Anda. Buka mata Anda. Buka hati Anda. Latihlah diri untuk mensyukuri keindahan kecil di depan mata. Tersenyumlah dan ijinkan dunia tersenyum kepada Anda. Sebab Tuhan mampu mengerjakan lebih banyak daripada yang kita pikirkan dan kita doakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H