Mohon tunggu...
Ike Karina Wardani
Ike Karina Wardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Berusaha dan berdoa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Diet Ketat dan Pengaruhnya terhadap Organ Reproduksi

6 Juli 2022   18:20 Diperbarui: 6 Juli 2022   18:27 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki badan ideal merupakan impian semua wanita. Di mata para wanita, badan ideal menjadikan seseorang semakin cantik dan menarik serta menjadi pujaan  para lelaki. Tak jarang wanita yang memiliki tubuh gemuk merasa tidak percaya diri ketika berpakaian atau mencoba gaya baru. Sehingga semua wanita akan melakukan berbagai macam cara dan upaya agar memiliki badan ideal. Dari berbagai dan upaya untuk memperoleh badan ideal, diet menjadi metode terpopuler yang banyak diminati wanita.

Walaupun ingin badan ideal, kebanyakan wanita lebih cenderung menyukai hal-hal yang praktis dan cepat, misalkan diet ketat dengan sistem tidak makan nasi. Padahal untuk mendapatkan badan yang ideal diperlukan olahraga yang rutin agar tubuh mengalami defisit kalori. Jikalau memang tidak bisa melakukan olahraga setidaknya bukan diet ketat dengan tidak makan nasi sama sekali, tetapi dengan mengurangi porsi asupan karbohidrat dan memperbanyak protein serta sayuran.

Namun, tahu nggak sih? Tanpa disadari, diet ketat yang kamu lakukan dapat membuat kesehatan sistem reproduksi terganggu seperti masalah pada siklus menstruasi. Diet ketat dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon, terutama hormon yang mengatur siklus menstruasi, karena tubuh tidak mendapatkan cukup kalori, nutrisi, dan kurang gizi sehingga menyebabkan gangguan menstruasi. Gangguan menstruasi dapat terjadi berupa keterlambatan menstruasi, jarak waktu menstruasi yang pendek, menstruasi berlebihan atau sedikit dan menstruasi yang tidak teratur. Hal ini dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormon yang disebabkan oleh diet ketat.

Selain itu, kekurangan nutrisi dan gizi dapat menyebabkan berhentinya siklus menstruasi, peristiwa ini disebut dengan Amenorrhea. Yang terdiri dari dua jenis yaitu amenorrhea primer dan amenorrhea sekunder. Amenorrhea primer mengacu pada kasus dimana seorang wanita pasa usia 16 tahun tidak mendapat menstruasi. Sedangkan amenorrhea sekunder terjadi jika wanita yang sebelumnya memiliki siklus menstruasi normal, tetapi kemudian berhenti mengalami menstruasi selama lebih dari 1 bulan. Amenorrhea sekunder ini dapat disebabkan karena stres, penggunaan obat-obatan, berkembangnya tumor kelenjar hipofisis, diet yang ekstrem dan olahraga yang terlalu keras.

Pola makan yang sehat dengan gangguan menstruasi memang berkaitan dengan erat. Oleh karena itu, sangat penting memastikan pola diet yang kamu jalani agar kamu menjalani metode diet dengan tepat dan terhindar dari berbagai risiko gangguan kesehatan. Diet ketat bukan termasuk solusi yang sehat, berkelanjutan, atau jangka panjang. Mengapa bisa dikatakan tidak berkelanjutan atau jangka panjang? Karena ketika program diet tersebut dihentikan, kemungkinan untuk berat badan bertambah lagi sangat besar atau bahkan lebih banyak dari berat semula. Sebab, dengan penurunan berat badan yang cepat, sebagian besar berat yang kamu turunkan adalah berat air, bukan lemak tubuh.

Nah untuk menghindari gangguan pada siklus menstruasi, jangan lupa untuk berusaha melakukan makanan yang kamu makan, pastikan makanan bergizi seimbang, tinggi serat, rendah lemak dan rendah kalori. Sebisa mungkin pilih makanan yang diolah dengan cara direbus/dikukus/dipanggang/ditumis agar jumlah minyak yang masuk ke dalam tubuh berkurang. Sesekali dapat mengganti nasi putih sebagai sumber karbohidrat dengan umbi-umbian atau kacang-kacangan yang kaya akan serat. Utamakan mengkonsumsi air minum dalam jumlah cukup, hindari semua jenis minuman dalam kemasan karena biasanya mengandung gula yang tinggi. Hindari juga makanan manis terutama camilan atau bisa mengganti camilan dengan potongan buah atau minum air mineral bila lapar di antara waktu makan. Dan yang paling penting adalah beristirahat cukup di malam hari selama minimal 7 jam dan melakukan olahraga secara rutin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun